PE PE TE


MENJELANG Magrib saya menyukai pemandangan seperti ini:

Anak-anak kecil duduk berderet-deret di teras masjid dekat rumah saya. Mereka bermain dan bercanda apa saja, tetapi sebetulnya mereka punya keinginan yang sama: berharap saat berbuka segera tiba. Di sela bermain, sesekali mata mereka menatap deretan makanan takjil yang sudah tertata di meja. Nasi kotak, mihun, resoles, es buah, dan sari apel kemasan begitu menggoda.

Dalam pandanganku, bocah usia SD kelas bawah yang mampu menahan haus-lapar seharian penuh, tetaplah merupakan sebuah keajaiban. Hanya berkat pertolonganNya semua itu bisa dijalankan.

Dulu, ketika menjadi mahasiswa di Malang, saya juga termasuk aktor utama dalam sinetron PPT alias “Para Pencari Takjil”. Kami anak kos-kosan punya daya endus tajam, tahu mana tempat-tempat yang menyediakan takjil enak dan mewah. Kantor PT Brantas Abipraya adalah salah satu destinasi incaran.

Uniknya kebiasaan itu kini mewaris ke anak sulungku. Sambil tertawa dia menyentuh layar smartphonenya, “Lihat ini, Pak.” Dari WA grup teman satu kontrakannya terdapat beberapa nama masjid lengkap dengan tabel menu sebulan penuh. Hehe buah jatuh tak jauh dari pohonnya.

Begitu azan berkumandang, itu aba-aba bahwa serbuan segera mulai. Anak-anak  berjubel berebut untuk mendapatkan pengisi perut. Mereka memang lebih eksplisit dalam mengungkapkan kemauannya.Sedang remaja dan orang tua tampil lebih cool kendati naluri berebutnya boleh jadi tak kalah tinggi. Dalam kerumunan, setiap orang memang gampang dihinggapi oleh perasaan “takut tidak kebagian.” Padahal di rumah mereka telah tersedia makanan yang lebih lezat dari yang diperebutkan itu.

Di jalanan, menjelang Magrib, saya menyaksikan pemandangan seperti ini:

Gema azan membuat pengendara motor meminggirkan kendaraannya. Di trotoar sekelompok orang membagi-bagikan takjil gratis. Karyawan hotel maupun pertokoan juga memberikan kurma, snack dan segelas aqua. Organisasi masyarakat yang biasanya bertampang bengis juga ikut-ikutan beramal kebajikan. Dari mereka saya menerima dua hal: sebungkus es kelapa muda dan senyum bersahabat.

Tapi, jangan sembarangan menerima takjil, kalau tidak pingin kecele. Di Jl. A Yani Surabaya saya pernah menerima segelas cooktail dari anak-anak muda berseragam almamater, yang aktif menyodorkan makanan kepada pengendara motor yang mendekat. Begitu saya terima, saya diminta membayar lima ribu rupiah. Oh, ternyata mereka mahasiswa Petra Siwalankerto yang lagi praktik entepreneurship.

Sementara itu, kelompok “PPT” lain  yaitu Para Pedagang Takjil lebih awal lagi mempersiapkan diri  menyongsong buka puasa. Ada yang sibuk menggoreng singkong dan tahu bulat, atau melipat martabak mini. Di sebuah rombong, istri cekatan menyerut blewah dan suami memecah-mecah es batu. Di depan pasar penjual sate dan pentol bakar sudah sejak tadi bergumul dengan asap.

Ramadhan memang menjanjikan kegembiraan besar, yaitu kegembiraan saat berbuka puasa. Para pencari takjil dan para pedagang takjil bersuka ria. Pencari takjil melonjak girang dengan kedua tangan menggenggam makanan. Diam-diam mereka berdoa, “Ini rezekinya anak yang sholeh. Semoga besok dapat takjil  lagi yang lebih enak.”

Para pedagang takjil tersenyum seraya beralhamdulillah beberapa kali. Mereka berdoa,” Gusti Allah, semoga diparingi dagangan laris terus. Supaya Lebaran bisa nggoreng kopi. Bulan depan anak-anak juga waktunya mbayar uang pangkal sekolah.”

Pertanyaannya: di antara kelompok PPT itu siapakah sesungguhnya yang paling gembira? Dialah kelompok PPT yang lain yaitu “Para Pemberi Takjil.”  Mereka tidak melonjak girang, tapi hatinya begitu lapang. Mereka mungkin tidak hadir dalam hiruk pikuk pembagian takjil, tetapi jelas turut merasakan kebahagiaan. Memberi memang lebih membahagiakan daripada menerima. Dalam hening mereka berucap,” Ya Allah, semoga tahun depan saya dapat memberikan takjil yang lebih banyak lagi.”

Di langit, Sang Maha Memberi mendengar doa ketiga kelompok itu. Allah tersenyum lalu mengabulkan semua permintaan, sesuai dengan bunyi doa yang diucap masing-masing pihak.

adrionomatabaru.blogspot.com
foto: detikblog.com, panjimas.com

Selamat berbuka puasa: iswati, eny kusumawati, onny, andriyani, cak sis, cak iksan, imron rosadi, ardiana, lia kusuma.


Previous
Next Post »