Suka tidak suka tantangan di masa depan semakin
sulit, karena problem kehidupan pasti semakin kompleks. Kabar buruknya adalah di
saat kompleksitas masalah kian meningkat kita justru dituntut untuk mampu mengatasi masalah dengan tempo lebih
cepat. Masalah semakin sulit, solusi dituntut cepat tepat, paradoks bukan? Contoh
paling konkret ya pandemi Covid-19 saat ini.
Maka sudah selayaknya anak-anak kita, tunas-tunas
bangsa, semenjak dini disiapkan untuk cekatan menghadapi keadaan di masa
mendatang. Salah satu caranya adalah, sejak sekolah mereka dilatih dan dibiasakan
menggunakan cara berfikir tingkat tinggi atau lazim disebut Higher Order Thingking Skills (HOTS). Sebuah
keterampilan berfikir abad 21 yang layak dimiliki.
Inilah saatnya sekolah dan kampus memancing peserta
didik dengan pertanyaan yang menantang logika dan penalaran, bukan sekadar soal-soal
yang hanya membutuhkan jawaban hapalan dari buku teks (recall thingking). Dengan dihapuskannya UN, pendidik punya
keleluasaan mengajarkan cara berfikir HOTS tanpa merasa perlu repot membekali
siswanya dengan aneka trik jitu menjawab soal-soal pilihan berganda yang sukanya menjebak itu.
Memang tidak gampang membuat soal-soal bermuatan
HOTS. Maka perlu ada buku panduan praktis. Dr. Fatkul Anam, M.Si. mencoba
menjawab kelangkaan itu dengan menulis buku berjudul “Menulis Soal HOTS” dan
akan segera terbit dalam waktu dekat. Saya bersyukur karena dipercaya kembali oleh
Rektor Univ. Nahdlatul Ulama Sidoarjo itu untuk menjadi pembaca pertama sebelum
buku diluncurkan ke publik.
Banyak hal menarik yang termuat dalam buku itu.
Antara lain “statement” bahwa soal-soal bermuatan keterampilan berfikir tingkat
tinggi (HOTS) tidak selalu lebih sulit
dibanding dengan soal-soal yang hanya menuntut keterampilan berfikir tingkat
rendah (LOTS). Soal HOTS ternyata juga
tidak hanya cocok untuk siswa kelas atas atau level mahasiswa. HOTS juga bisa
diterapkan untuk siswa kelas rendah, asal tahu caranya.
Ambil misal. Pertanyaan “sebutkan sebuah nama kota
kecil di kepulauan Riau” atau “berapa hasil perkalian 2645 X 7654?”, terlihat
seperti soal sulit, tetapi sebetulnya itu masih kategori LOTS karena hanya
dengan melihat peta atau google map
soal nama kota kecil itu langsung terjawab. Dengan kalkulator perkalian itu
bisa terjawab hanya dengan menekan-nekan tombol.
Tanyakan kepada siswa SD soal yang
menggelitik, “mengapa sungai menjadi keruh, setelah hujan deras terjadi di
gunung?” Ini pertanyaan HOTS karena anak akan menganalisis dengan menggunakan
nalarnya,bukan berdasar rumus-rumus dari buku. “Kalau kamu bisa terbang dengan
mesin portabel di kedua lenganmu, apa yang kau lakukan?” atau “Bagaimana cara
mengatasi limbah sampah plastik?” adalah pertanyaan yang merangsang daya imaji dan
kreasi anak. Ini HOTS, sebab dalam piramida taksonomi Bloom puncak berpikir
kognitif adalah mencipta (to create).
Alhamdulillah proses editing sudah rampung, semoga segera
terbit. Pak Anam layak dicontoh. Di saat menaati anjuran #stay at
home beliau justru menemukan mood
menulisnya. Lalu “mbrudul” karya-karya
barunya. Selamat Pak, PSBB diperpanjang
ndak masalah njih hehehe.....
adrionomatabaru.blogspot.com
Sign up here with your email
EmoticonEmoticon