RAWON NGU-LINK

 


Gara-gara jalan tol, bisnis rumah makan berubah petanya. Dulu, di mana ada jalan raya di pinggirnya pasti bermunculan warung, rumah makan, dan toko oleh-oleh cinderamata. Begitu jalan transjawa mulus terbentang, pembeli di tempat-tempat kuliner itu pun berkurang. Bahkan tidak sedikit yang gulung tenda dan mematikan kompornya. 

Ir. H. Rofiq Ali Pribadi, ST, pemilik restoran Rawon Nguling menjadi saksi atas perubahan itu. Juga menjalani dinamika tersebut. “Dulu, orang bepergian dari Surabaya ke Banyuwangi butuh waktu yang cukup panjang.  Kalau berangkat dari Surabaya pagi hari, sampai Tongas Probolinggo sini sudah siang. Perut sudah lapar sekali. Lalu mereka makan di sini,” katanya, ketika menemani kami rombongan Inkindo Jatim menikmati menu andalannya, rawon. The black soup from east Java. 

Sekarang, dengan adanya tol, sikonnya jadi agak beda. Berkendara sampai Nguling belum melewati Zuhur. Perut masih anteng. Makanya sekarang orang banyak yang memilih makan di timur. Rumah makan di kawasan Paiton dan sebelahnya mendapat limpahan rezeki.  

Untungnya kini ruas tol masih sampai di Kota Probolinggo. Bagaimana kalau nanti sudah bablas sampai Banyuwangi? “Yo geser lagi, Mas. Mungkin yang rame ganti di Banyuwangi sana nanti,” katanya mengira-ira. 

Menyadari hal tersebut, dirinya sudah lebih dahulu mengantisipasi. Rawon Nguling tidak hanya ada di Nguling, tapi sudah buka cabang di sejumlah tempat antar lain di Surabaya, Sidoarjo, dan hingga Malang. Nguling bukan sekadar nama sebuah kecamatan, tetapi sudah menjadi brand kuliner. Rawon Nguling menjelma menjadi jenama yang dipatenkan. Ditetapkan Kemdikbud sebagai Warisan Budaya Tak Benda (2018). Bahkan kini Rawon nguling telah nge-link di berbagai daerah. 

Dia juga jemput bola dengan membuka kedai di rest area jalan tol. Salah satunya di tempat istirahat di jalan tol ruas Surabaya – Sidoarjo. Meskipun, menurutnya, harga sewanya tergolong mahal. Untuk lahan saja, tanpa bangunan, kena Rp 85 juta per tahun. 

“Sekarang kami juga siap-siap nyegat pembeli dengan membuka cabang lagi di rest area Tol Malang - Pandaan. Di sisi kanan dan kiri jalan,” kata Mas Rofiq. Begitulah langkah-langkah yang dilakukan untuk dapat mengembangkan rawon legendaris yang dirintis Mbah Karyodirejo sejak 1940 itu. 

Diakui kondisi saat sudah mulai berangsur membaik, setelah cukup kelabakan dihajar pandemi sejak tahun 2020 kemarin. Pembeli sudah mulai banyak berdatangan ke warung Rawon Nguling yang berada di Jl. Raya Tambakrejo 7,  Kec. Tongas, Probolinggo itu. Untuk beberapa cabang di Surabaya, pembelinya juga mulai pulih, yang beli lewat online justru lebih banyak. 

Kiranya perubahan dan ketimpangan selalu akan diikuti dengan keseimbangan baru. Ketika omzet terganggu gara-gara terhalang jalan tol, ternyata datang juga pembeli dari “jalan tol” lainnya, yaitu orderan lewat telepon seluler. Sukses selalu ya Mas Rofiq! (*)

 


 

 

 

 

Previous
Next Post »