TIMBEL GEPREK

 


Ini cuma catatan ringan, meskipun tentang materi yang berat dan keras. Coretan harian tentang eksistensi timbel atau bandul atau anak timbangan. Sebagai makhluk, timbel itu unik dan powerfull.  Awalnya timbel hanya diciptakan sebagai perangkat alat ukur satuan berat. Untuk itu, sebelum berdinas menjalankan fungsi profesionalnya, sang timbel harus dikalibrasi atau ditera dahulu agar terstandar beratnya. 

Setelah itu diapun menjalankan peran pentingnya. Isteriku menggunakannya untuk jualan beras, minyak,  atau gula. Logam kuningan ukuran dua kiloan itu sangat memperlancar proses jual beli. Timbel menghadirkan keseimbangan berat. Berkat timbel maka terjadilah keadilan dalam transaksi ekonomi. Terciptalah fairness dalam perniagaan, yang berujung pada keikhlasan antar para pihak. 

Betapa urgen aspek kejujuran dalam hal timbang-menimbang ini. Itulah sebabnya agama mewanti-wanti hendaknya para pedagang jangan sampai mengurangi berat timbangan. Timbel juga mengisyaratkan kebijakan bahwa kunci kebahagiaan hidup adalah keseimbangan. Seimbang antara jasmani dan rohani, jiwa dan raga, kerja dan ibadah, karier dan keluarga, antara habluminallah dan habluminannas dll. 

Ternyata peran timbel tidak berhenti di situ. Dia punya peran ganda bahkan multiperan. Kalau pagi timbel itu dipakai untuk menggeprek rimpang jahe untuk minuman pagiku. Sesekali, di saat siang gerah, dia juga dimanfaatkan untuk mengepruk es batu (ice breaking?) untuk membikin minuman sirup dingin. Dalam posisi menganggur pun timbel masih punya arti, sebagai pengganjal pintu dapur agar tidak menutup sendiri. 

Di pasar tradisional, saya malah menyaksikan ternyata timbel berat ini juga dapat dijadikan sebagai alat represif dan agak sadistis. Untuk mengeksekusi kepala ikan lele agar tidak berkutik. Di daerah Sunda malah aneh, timbel sering dibuat sarapan. Itu mah nasi timbel… hehehe. 

Sungguh timbel sarat dengan fungsi. Dia mengemban peran profesional sebagai alat ukur tepercaya, mengambil peran ekonomi dengan mengajak fairplay. Timbel menjadi hakim bahwa antara pedagang dan pembeli telah terpenuhi hak-haknya, dan tidak ada yang dicurangi, apalagi dizalimi. Maka dia menghadirkan keadilan. Bukankah rasa keadilan menjadi prasyarat utama dalam setiap upaya membangun perdamaian (peacebuilding)? 

Timbel juga mendapat peran domestik sebagai pengganjal pintu, pemecah es, hingga eksekutor lele. Bahkan diam-diam dia juga berpotensi untuk mengemban peran hankam. Bukankah timbel bisa dipakai untuk melempar maling yang menyatroni rumah kita? 

Bila ada pendapat bahwa sebaik-baik benda adalah yang bermanfaat bagi kehidupan, maka kuusulkan agar timbel masuk dalam deretan nominator benda-benda bermanfaat di dunia.

 adrionomatabaru.blogspot.com



 

Previous
Next Post »

2 comments

Write comments
Yaudah
AUTHOR
April 3, 2021 at 9:50 PM delete

AJOQQ menyediakan permainan poker,domino, bandarq, bandarpoker, aduq, sakong, bandar66, perang bacarat dan capsa :)
ayo segera bergabung bersama kami dan menangkan uang setiap harinya :)
AJOQQ juga menyediakan bonus rollingan sebanyak 0.3% dan bonus referal sebanyak 20% :)
WA;+855969190856

Reply
avatar
AKUNDAstudio
AUTHOR
April 6, 2021 at 12:37 AM delete

filosofi timbel ... http://akundastudio.blogspot.com/

Reply
avatar