ILMU EKSPISIT PERSEMBAHAN CIKGU

 

Ilmu pengetahuan itu ada dua macam. Explicit knowledge dan tacit knowledge. Yang pertama, sesuai namanya, adalah pengetahuan yang sudah eksplisif tampak, sudah tertulis, dan terkodifikasi. Sudah terdokumentasikan baik secara tekstual, visual, maupun audio visual. 

Sedangkan tacit knowledge adalah ilmu pengetahuan yang masih “ngendon” di dalam otak atau pikiran seseorang sesuai dengan pemahaman dan pengalaman orang yang bersangkutan. Tacit ini dapat berupa sekumpulan pengalaman, hasil pemikiran, komitmen, maupun perilaku. 

Nah segera ketahuan, betapa lebih banyak ilmu yang masih tacit dibanding yang sudah explicit. Lebih-lebih di negeri yang kurang begitu tertarik dengan dunia literasi.  Betapa banyak ilmu pengetahuan hebat yang tersimpan di masing-masing batok kepala orang dan di dalam skill orang yang belum terkomunikasikan ke publik. 

Maka salah satu tugas sosial kaum terpelajar, semestinya, adalah membantu mengeplisitkan  pengalaman dan keahlian yang dimiliki lalu menyebarluaskannya. Dengan begitu, akan dapat menginspirasi, dapat diduplikasi, dan agar “harta karun” tersebut  tidak menguap begitu saja dipanggang waktu. 

Oleh karena itu  saya sangat salut dengan apa yang telah dilakukan kepada para Cikgu SMP Sekolah Alam Insan Mulia (SAIM) Surabaya ini. Mereka bekerja keras menyiasati pandemi Covid-19 agar proses belajar mengajar tetap dapat berlangsung dengan baik. Tentu tidak gampang. Tetapi tetap bertindak, berkreasi,  berivonasi di tengah pembatasan protokol kesehatan, jelas lebih bagus ketimbang hanya mengeluhkan keadaan dan mengutuki kebijakan penguasa.   

Mereka menciptakan berbagai cara dan model pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi  internet beserta kreativitas pribadi. Dan bagian yang paling menarik adalah ini: mereka mencatat semua yang gagasan yang dirancang, proses pelaksanaan, serta kendala dan hasil yang dicapai. Lalu terbitlah buku apik berjudul “Digital Class ala Sekolah Alam” ini. 

Sebuah inovasi pembelajaran online SMP SAIM di tengah pandemi ini tentu sangat bermanfaat karena telah terbukukan, sehingga dapat diduplikasi, dipraktikkan, dimodifikasi dan dikembangkan lebih lanjut oleh-oleh guru-guru lain yang berminat. 

Ini sungguh keren, sebab ketika banyak orang mengeluhkan Corona, mereka justru menyikapinya sebagai tantangan baru, untuk menghadirkan model pembelajaran baru yang lebih pas dengan keadaan. 

Realitas memang sudah berubah. Tidak selayaknya kita membayangkan keadaan bakal balik seperti dulu lagi. Maka model pembelajaran konvensional era prapandemi sudah tak memadai lagi. Pembelajaran hybrid, dengan mengombinasikan daring dan luring, maupun blended learning perlu dipertimbangkan dan dimanfaatkan. 

Pakar pendidikan Unesa Prof Muchlas Samani menegaskan bahwa digitalisasi adalah keniscayaan. Sekolah harus memenukan formulasi yang pas antara pembelajaran offline dengan online, berlandaskan teori pendidikan yang benar. “Tentu tidak boleh asal-asalan, karena yang dikelola sekolah itu anak orang. Kesalahan dalam pendidikan itu tidak mudah  dihapus (ineraser),” katanya kepada saya suatu sore di beranda rumah beliau. 

Selamay ya Ustaz/Ustazah SMP SAIM atas karya antologi barunya.  Ayo segera bikin lagi agar makin banyak ilmu tacit berubah menjadi explicit. Kalau bisa sih jangan bikin antologi keroyokan, bikinlah karya mandiri atau minimal dengan guru bidang serumpun. Saya siap kok mbantu ngeditori lagi hehe.

 adrionomatabaru.blogspot.com 



Previous
Next Post »

1 comments:

Write comments
Yaudah
AUTHOR
April 3, 2021 at 9:50 PM delete

AJOQQ agen jud! poker online terpecaya dan teraman di indonesia :)
gampang menangnya dan banyak bonusnya :)
ayo segera bergabung bersama kami hanya di AJOQQ :)
WA;+855969190856

Reply
avatar