MENJADI PENYELAMAT NYAWA




Jika tiba-tiba ada orang pingsan dan detak jantungnya terhenti, siapakah yang dapat menolongnya? Jawabnya adalah orang yang berada di dekatnya. Bukan dokter spesialis jantung atau tenaga medis lainnya. Yang dapat menyelamatkan nyawanya pada menit-menit awal kejadian  adalah orang yang ada di sekitarnya, tidak peduli dia berprofesi sebagai karyawan atau akuntan, seorang pedagang sayur atau penyair.  

Maka, setiap orang seharusnya memiliki kemampuan untuk menolong seseorang (juga diri sendiri) dalam keadaan darurat. Pembelajaran mengenai Bantuan Hidup Dasar atau Basic Life Support (BLS) selayaknya diberikan kepada semua orang.

Di negara-negara maju, di Inggris misalnya, salah satu syarat memiliki surat izin mengemudi (SIM) adalah yang bersangkutan telah mengikuti kursus BLS. Bahkan di Belgia, setiap penduduk pemilik KTP berarti dia sudah menjalani pelatihan BLS.  Betapa ketinggalan negara kita, bila sudah bicara soal pertolongan pertama. Bangsa ini masih murah dalam menghargai sebuah nyawa.

Fakta menunjukkan, banyak kejadian korban yang dilarikan ke rumah sakit tidak tertolong gara-gara orang terdekat dengan korban saat kejadian tidak mampu melakukan bantuan hidup dasar. Dia hanya panik teriak minta tolong ke sana ke mari tanpa tahu harus berbuat apa.

Memang semua membutuhkan dokter dan petugas medis untuk memberi pertolongan, tetapi dokter bukanlah “jin” yang bisa langsung muncul di TKP begitu lampu wasiat digosok oleh Aladin. Kehadiran tim medis ke TKP pasti membutuhkan waktu. Melarikan korban dengan taksi ke RS juga makan waktu. Maka ada detik-detik kritis yang hanya bisa dilakukan oleh orang yang berada di dekat korban saat itu. Di situlah urgennya pengetahuan BLS.

Beruntung saya Jumat kemarin berkesempatan meliput pelatihan BLS untuk karyawan di lingkungan FK Unair Surabaya. Bahkan saya berkesempatan praktik melakukan pijat jantung. Berikut ini, dengan segenap keawaman saya, saya akan berbagi kepada Anda bagaimana cara menolong bila mendadak ada orang tidak sadar di dekat kita. (Agak panjang dikit uraiannya ga papa ya.)

Bila kita melihat ada orang mendadak jatuh tak sadar maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah baringkan dia pada alas datar. Periksalah apakah korban masih sadar atau tidak. Caranya, panggil dia dengan suara keras dan tepuk-tepuk bahunya dengan keras.

 “Bila korban ternyata tidak sadar, berteriaklah ‘Code Blue...Code Blue...!!’ minta bantuan. Code blue adalah sandi internasional untuk minta bantuan bagi korban seperti ini. Sedang Code Red adalah sandi untuk bantuan kebakaran. Segera minta juga bantuan orang lain untuk menelepon rumah sakit, ambulans,  atau menghubungi satpam,” kata dr April Poerwanto Basoeki, SpAn. KIC, instruktur BLS dari Departemen Anestesiologi & Reanimasi FK Unair, kepada peserta pelatihan. Nomor telp Code Blue Center RSUD dr. Soetomo adalah (031) 550-1234.

Sesaat setelah meminta bangunan orang lain, Anda harus bergegas menolong korban dengan menengadahkan kepalanya.  Periksalah nafasnya dengan cara mendekatkan telinga ke hidup/mulut korban. Tidak usah merepotkan diri dengan memeriksa nadi korban, sebagai orang awam, kita hampir pasti kesulitan menemukan letak nadi.

Mendongakkan kepala ini juga bertujuan agar aliran pernafasan korban dapat berjalan lancar. Sebab biasanya posisi kepala orang pingsan cenderung tertunduk terkulai. Posisi ini bisa mengunci jalannya pernafasan.

Jika ternyata korban tidak bernafas atau nafasnya tersengal-sengal maka segeralah melakukan pijat jantung.  Caranya dengan menekankan tumit tangan ke tengah dada korban secara berulang-ulang seperti orang memompa.Tujuannya memang untuk membantu jantung untuk tetap memompa darah agar darah tetap mengalir ke otak dan organ vital tubuh lainnya.

Setiap 30 kali pijat jantung (dengan kecepatan 120 X per menit) lakukanlah tiupan nafas lewat mulut korban. Bila tidak mau  atau tidak mampu melakukan tiupan mulut, maka lakukan pijat jantung saja.  Bila ada dua penolong, pijat jantung dapat dilakukan bergantian.

“Lakukan terus pijat jantung sampai korban sadar, atau sampai tim dokter datang. Jika sampai sampai 20 menit atau 30 menit korban tidak juga sadar dan tim Code Blue belum juga datang? Ya sudah para penolong berdiri bersama lalu ucapkan innalillahi wainnalillahi rojium,” ucap dokter  April.

Syukurlah saat ini di sejumlah  tempat umum seperti di bandara, stasiun, rumah sakit, terminal telah tersedia fasilitas AED (automatic external defibrillation). Sebuah alat pacu jantung otomatis ukuran portabel. Alat ini bekerja otomatis untuk menolong pasien henti jantung (cardiac arrest).  Dapat dioperasikan orang awam terlatih untuk menolong darurat medis henti jantung di mana saja.

“Meski sudah ada AED, kegiatan pijat jantung tetap utama. Memang dengan AED, pijat jantung dapat lebih mudah karena dilakukan dengan mengikuti perintah yang keluar dari AED. Kini AED sudah menggunakan perintah dalam bahasa Indonesia,” kata dokter anggota Tim Code Blue RSUD dr Soetomo itu. Semoga bermanfaat. (*)



Previous
Next Post »

1 comments:

Write comments
Unknown
AUTHOR
September 7, 2021 at 10:09 AM delete

Sorry, saya baru tahu mas Adriono menulis dg sangat bagus. Kejadian acara tsb sdh 5 th yl. Matur nuwun, teruskan menulis, salam sehat juga buat keluarga. Sukses selalu. Aaamiiin

Reply
avatar