Sama-sama kerja sebagai “tukang nulis”, maka ketemunya juga di sekitar
tempat ngeprint atau percetakan. Begitulah, kemarin tiba-tiba saya ketemu
dengan penulis produktif Mas Henry Nurcahyo di tempat fotocopi kawasan Waru.
Saya sedang ngeprint contoh cover buku, Mas Henry juga hendak mencetak sampel buku biografi.
Di sela bincang-bincang santai, dia membuka tas punggungnya dan menghadiahi
saya sebuah buku bagus. Judulnya, “Seni Rupa Pantang Menyerah.” Bukunya yang
ke-36 ini layak baca sebab tergolong buku langka.
Kita tahu, akhir-akhir ini banyak pameran seni lukis digelar di
hotel, plaza, bandara, bahkan di selasar
rumah sakit. Tetapi sayang, ramainya event pameran itu tidak dibarengi dengan terbitnya
literatur tentang jagad seni rupa.
Padahal kehadiran buku dapat menambah wawasan masyarakat untuk lebih mengenali
seni rupa, yang pada gilirannya akan meningkatkan apresiasi terhadap dunia lukisan
dan turut menghidupkannya.
Seperti judulnya, membaca buku ini terasa ikut termotivasi dan muncul
rasa salut dengan perjuangan rekans pelukis yang benar-benar memiliki effort dan daya survival tinggi. Dengan keterbatasan
yang ada para pelukis itu tetap bergairah menggelar pameran di berbagai tempat.
Bila tak ada dukungan dari sponsor ya rela patungan bersama.
Suwun Mas Henry. Saya senang membacanya, karena ketika bocah, diam-diam saya sempat bermimpi kepingin jadi pelukis
juga. (*)
Sign up here with your email
EmoticonEmoticon