Sejatinya badut dicipta untuk menghibur anak, Tapi,
nyatanya, tidak semua bocah berani ketemu badut. Mata belok dan hidung merah
yang mestinya lucu, bagi sebagian anak justru terlihat horor. Bagaimana caranya
agar anak-anak tidak takut sama badut?
Saudara saya, Yayuk Sugito punya kiat jitu. Saat
pertemuan keluarga di rumah Kharisma, di Perum Rewwin Sidoarjo minggu kemarin, jurus
itu berhasil diterapkan dengan sukses. Caranya sederhana. Mas Badut tidak boleh
langsung datang dengan kostum badut lengkap. Sebab hal itu bisa membuat
beberapa anak cucu kami menjerit tunggang langgang ke ketiak emaknya.
Mas Badut diminta merias wajahnya di lokasi
pertemuan. Bersamaan dengan itu anak-anak diminta merubung dan menyaksikan
tahap demi tahap proses membuat wajah badut. Mas Badut memupuri wajah sambil
mengajak anak-anak itu bergurau dan berbincang. Hasilnya menggembirakan. Beberapa
anak secara bertahap jadi berani mendekat bahkan akhirnya minta selfie dengan badut.
Badut beserta sulapnya sangat membantu menghidupkan
suasana. Kehadirannya bisa membuat anak-anak kerasan berlama-lama berada di tempat
pertemuan keluarga. Padahal biasanya mereka adalah kelompok yang gampang
merengek minta pulang. Ya, ketika kebutuhannya diakomodasi, ternyata mereka
enjoy berada dalam halal bi halal, acara
milik orang dewasa.
Entah ini sudah Hari Raya H plus berapa. Tetapi toh
kami masih saja bisa menikmati indahnya kebersamaan dengan keluarga besar “Sie
Family”. Bertemu embah, ibu bapak, mertua, ponakan, misanan, anak, putu, buyut,
canggah, sungguh melegakan hati. Juga menghangatkan jiwa. (*)
adrionomatabaru.blogspot.com.
Fotografer: Arie Saradan
Salam kompak Pak Sie Family: Rini, Nita, Yayuk
Rasdiana, Elok, Sugeng Prastowo, Nuris, Mariska, gus dik, andriani, Lailatri,
Eric, Ninik, Anggieta, Topan Andri, Dyah Kusuma, Didit, mbie, ely, gus diq,
kursi agung, agam, angga, febi, ria.
Sign up here with your email
EmoticonEmoticon