MENIKMATI LOGO



LOGO bukanlah sekadar penanda biasa, tapi sebuah identitas. Dia merupakan lambang yang merepresentasikan jati diri institusi atau produk kepada dunia. Ada filosofi yang tertuang dalam setiap liukan visual dan elemen warnanya. Ada big massages in the small object di dalamnya. Sungguh, di balik bentuk ada budaya.

Saya suka mengamati logo-logo dan menikmatinya, meski saya tidak pandai membuatnya. Ketika angkutan ojek online pertama diluncurkan saya segera tertarik dengan logonya. Apik menurutku. Suku kata Gojek dipisahkan oleh gambar siluet pengendara motor hijau lantas di atasnya adalah tanda sinyal. Sebuah simbol yang amat familiar di dunia gadget. Sepeda motor itu tengah berperan sebagai pengantar penumpang “go” menuju ke lokasi tujuan “jek”.
 
Bila berada di jalanan, mata saya kerap tertumbuk kepada tas rangsel punggung yang menampilkan  logo Exsport. Logo itu juga bagus. Perhatikan area negatif di sana. Akan terlihat abjad E dan X. Sementara area positifnya menghadirkan visual mirip gasper sabuk pengaman yang mengunci.

Saya juga mengagumi logo Nike yang branded itu. Banyak orang berpendapat, logo itu menggambarkan semacam benda cair yang bergerak, sebuah simbol dinamika dan perjuangan keras pengelolanya. Tapi saya punya tafsir lain (dalam seni beda persepsi boleh kan?).

Di mata saya logo itu mirip tanda centang atau contreng. Bila kita tertarik kepada sesuatu, otomatis tangan kita akan menandai dengan mencentangnya pakai  pulpen. Jadi, bila sepatu Nike sudah dicentang itu berarti recommended.

Bila lewat A. Yani, saya selalu menikmati logo Carrefour yang terpampang cantik. Hypermarket asal Perancis itu dengan cerdas menyembunyikan huruf “C” di ruang putih logonya. Katanya, dalam bahasa Perancis, Carrefour itu artinya persimpangan jalanan. Kalau Carrefour tidak lain adalah toko pojok yang buka di persimpangan jalan. Mungkin karena itu logonya menampilkan dua tanda anak panah, satu warna merah ke arah kiri dan satu biru ke arah kanan. Mirip rambu papan jalan.

Agaknya simbol masih tetap diperlukan. sampai kapanpun. Manusia sebagai homo symbolicum selalu menggunakan simbol untuk berkomunikasi dan berinteraksi. Bahkan budaya modern di era digital ini kian penuh dengan muatan simbol. Gawai dan perlengkapan elektronik penuh simbol yang justru dapat memudahkan penggunanya karena terbebas dari kendala perbedaan bahasa.

Menyampaikan pesan melalui simbol dapat lebih praktis dan mengena karena bisa dilihat lebih cepat ketimbang deskripsi kalimat atau ucapan. Bahkan logo yang kuat dapat cepat melekat dalam ingatan. Dia dapat muncul sebagai sebuah pemahaman yang mengendalikan pemikiran dan perasaan.  Anak kecil bisa terbit air liurnya begitu melihat huruf “M” pada logo McDonald.

Sudahkah sampeyan menikmati keindahan sebuah logo hari ini dan menemukan keunikan di dalamnya? Share dong.  adrionomatabaru.blogspot.com
Colek para perupa kita : gatot sutejo, agus anang, nanang riadi, agung wahyoko, aman, ricky.
Previous
Next Post »