# Satu
Di mana sebaiknya sebuah kekuasaan diletakkan? Apa
di atas kepala? Sebagaimana halnya sebuah mahkota, sehingga penggunanya
senantiasa menghargai kekuasaan dan memakai pikiran sehat ketika memerintah. Atau di pundak? Seperti halnya
tentara yang memasang pangkat dipundak, agar senantiasa ingat pada amanah yang
dipikulnya.
Mungkin sebaiknya kekuasaan itu dipampang di papan
Struktur Organisasi kantor? Supaya dapat diketahui dengan jelas garis komando
serta siapa atasan siapa bawahan. Atau disematkan saja di dada bak lencana? Sehingga
penggunanya bisa melangkah berwibawa apalagi dengan sedikit membusungkan dada.
Bagi rakyat mau diletakkan di manapun terserah. Sebab
mahkota, pangkat, dan lencana hanyalah simbol belaka. Sebab, semua khalayak
paham, sesungguhnya posisi yang paling tepat bagi kekuasaan adalah ditempatkan
di atas kepentingan rakyat, bukan di atas kepentingan pribadi, kerabat,
golongan, maupun partai.
Dalam bahasa agama, kekuasaan itu sebuah amanah.
Kepercayaan yang harus dipertanggungjawabkan dengan serius. Dunia akhirat. Begitu beratnya mengemban amanat, maka tidak
bijak bila kekuasaan diperebutkan, apalagi hingga dengan cara-cara yang
melanggar aturan dan bemain kasar. Dengan demikian kampanye dan debat kandidat
semestinya disikapi bukan sebagai ajang jual kecap dan obral janji yang segera
amnesia begitu sang kandidat sudah sukses merengkuh kursi.
Jangan coba-coba teledor dengan amanah. Peringatan
ini disosialisasikan semenjak dini dalam tembang dolanan Gundul-gundul Pacul. Jikalau Anda sebagai si gundul pacul yang
sedang dalam posisi “nyunggi wakul”
maka janganlah “gembelengan.”
Jika kau menjadi
pemimpin yang sedang membawa bakul nasional berisi nasi, sedang
mengemban tanggung jawab kesejahteraaan seluruh masyarakat, maka janganlah sembrono.
Jika tidak hati-hati, niscaya bakul wadah makanan rakyat itu bakal terguling di
jalanan dan menyebabkan kesengsaraan banyak orang. “Wakul ngglimpang segane dadi sak ratan/latar.”
Bukan hanya amanah yang wajib dijalani dengan
hati-hati sepenuh hati. Bahkan tindak-tanduk, solah-bawa, muna-muni, juga musti
dijaga agar pemimpin bisa dijadikan panutan bagi orang yang dipimpinnya. Tidak
bisa hanya berkilah bahwa yang penting pemimpin itu bekerja bagus dan tidak
korupsi, soal lisan maupun etika urusan belakangan.
Apalagi kita berada dalam masyarakat yang masih
kental kultur patronasenya. Mereka menganggap pemimpin adalah figur patron yang
layak ditiru segalanya. Walhasil, jangan sampai terjadi peristiwa seperti dalam
wayang kulit episode Petruk Jadi Ratu.
Kisah parodis tentang rakyat kecil, si kantong bolong, yang bertingkah konyol
tatkala sedang menggenggam kekuasaan.
Seperti itukah tingkah polah kaum proletar jikalau
mendapat kesempatan memerintah? Bertindak aji mumpung dan tuna-tatakrama bagai kere munggah mbale? Mungkin karena realitas itu filsuf Plato jadi
tidak begitu percaya dengan sistem demokrasi. Menurutnya, rakyat jelata tidak
bakal bisa memerintah. Orang-orang aristrokatlah yang sepantasnya menjadi raja.
Kaum berdarah biru memiliki etika dan kapabilitas untuk mengatur negara.
# Dua
Kekuasaan itu mengandung unsur keajaiban. Jadi
tidak bisa dipahami sepenuhnya oleh logika. Lihatlah, bila orang sedang
bertengger di puncak supremasi kekuasaan dia dapat melakukan apa saja. Mulai
dari menegakkan keadilan, merepresi, hingga menafsiri peraturan sesuai
kepentingannya. Dengan kekuasaan orang bisa memaksa orang lain untuk melakukan
hal-hal yang sebetulnya tidak ingin mereka lakukan.
Namun begitu turun dari kursi kekuasaan, segera
semua menjadi hilang musnah, sehingga bisa membuat orang dilanda post power syndrom. Dia berlagak dan
menyangka dirinya tetap menjadi raja padahal tahta dan mahkota telah diambil
alih orang lain.
Atau bisa sang mantan penguasa merasa dirinya
menjadi tidak berdaya lantas merasa perlu untuk sering-sering berkicau dan
curhat melankolis di medsos. Masih
untung kalau cuma mengalami powerlessness.
Bisa terjadi kondisi yang lebih runyam. Sang mantan jadi terganggu tidurnya di
masa-masa senja, manakala rezim penggantinya mulai mengungkit-ungkit berbagai
kasus yang terjadi di masa lampau. adrionomatabaru.blogspot
Sumber ilustrasi: 203.142.87.9
Sign up here with your email
EmoticonEmoticon