Ini keadaan yang menggembirakan hati. Museum tidak lagi identik dengan ruang sunyi, agak angker, dan minim pengunjung. Kini tempat itu ramai didatangi orang, pelajar, dan mahasiswa. Setidaknya hal itu terlihat di museum Sepuluh Nopember yang berada di kompleks Monumen Tugu Pahlawan Surabaya, Selasa kemarin.
Menjelang siang sudah berdatangan rombongan di
lahan parkir. Ada anak TK Islam Terpadu Surabaya dengan menggunakan beberapa
mikrolet. Kemudian menyusul tiga bus wisata yang menurunkan siswa SD dari Mojokerto.
Dan hampir berbarengan datang pula dua bus yang mengantar orang dewasa, mungkin
mahasiswa.
Sementara itu di dalam kompleks museum sudah
ada rombongan masuk terlebih dahulu, dari sebuah SD Muhammadiyah dan SD Al-Falah
Surabaya. “Maaf di dalam masih ada tiga rombongan. Harap sabar antre di luar
dulu,” kata Bu Yanti, staf karyawan Monumen Tugu Pahlawan, sambil mengatur
pengunjung yang sudah menggerombol di depan pintu masuk museum.
Kemudian satu rombongan siswa dari SD Maarif
Jogosari Pandaan dikumpulkan di bawah pohon dekat patung Bung Tomo. Untuk
mengisi waktu, Bu Yanti dengan megaphone menjelaskan tentang keberadaan
kompleks Tugu Pahlawan beserta sejarah pembangunannya. Menurutnya, akhir-akhir
ini pengunjung museum lumayan ramai. Mungkin karena pandemi sudah lewat, jadi
anak-anak sekolah dapat studi wisata lagi.
Ramainya pengunjung seperti itu layak
diapresiasi. Agaknya kesadaran lembaga sekolah akan pentingnya museum sebagai
media pembelajaran makin bertumbuh. Kini pengunjung rombongan harus membeli
tiket secara online terlebih dahulu, supaya dapat terlayani dengan baik.
Dengan mengunjungi museum, pelajaran Sejarah
dan Pendidikan Pancasila jadi menemukan gregetnya. Terlihat di sana anak-anak
menjadi antusias. Terpancing rasa ingin tahunya tatkala menyaksikan sejumlah
koleksi museum. Mereka mengamati, mendengarkan penjelasan para pemandu, dan bertanya
ini itu, kemudian mencatat di bukunya.
Lewat radio tua, pelajar dapat mendengar
kembali pekik suara Bung Tomo yang membakar semangat arek-arek Suroboyo
untuk gagah berani mengusir penjajah. Di lantai tiga mereka menyaksikan aneka senjata
yang digunakan dalam pertempuran saat itu. Dapat mencermati diorama statis yang
menyajikan cuplikan momen bersejarah.
Malah sekarang sudah ada diorama elektronik,
mirip hologram, di dinding lantai dua yang menyajikan infografis proses
pembangunan tugu pahlawan. Ada panel yang baru lagi. Pada dinding barat
terdapat fragmen tentang resolusi jihad serta peran para kyai dan ulama dalam
pertempuran berdarah-darah itu.
Pemutaran film pendek juga merupakan sesi
menarik yang dinikmati oleh pengunjung Tugu Pahlawan. Film dokumenter tentang ultimatum Sekutu dan
perlawanan sengit tentara Indonesia bersama laskar sipil. Ini memberi gambaran
betapa rakyat begitu gigih mempertahankan kemerdekaan yang telah berhasil
direngkuhnya.
Begitulah, kini museum tak lagi sepi. Dia
menjadi destinasi edukasi yang menarik. Di sini secara berkala juga diadakan
acara khusus, yaitu pemutaran filem perjuangan di ruang auditorium. Untuk bulan
Februari 2023, setiap Minggu pukul 09.00 ditayangkan filem sejarah berjudul “SOERA
ING BAJA, Gemuruh Revolusi 45”. Bagi yang berminat nobar, masih tersisa
satu kali lagi untuk menikmati filem tersebut yaitu pada Minggu, 26 Februari
mendatang. Monggo datang, daftarnya via online di
tiketwisata.surabaya.go.id.
(adrionomatabaru.blogspot.com)
Sign up here with your email
EmoticonEmoticon