Terampil diplomasi itu penting. Setidaknya dua
kisah berikut ini menjadi bukti.
Kisah pertama.
Zaman dahulu ada seorang penguasa yang gemar
beristri. Meski koleksinya sudah banyak toh dia masih ingin terus menambah.
Begitu terbetik berita ada satu kembang desa di wilayah kekuasaaannya diapun bergegas
menelisik keberadaannya.
Kepada pemuda desa, dia bertanya: “apa yang kamu
ketahui tentang tetanggamu itu?”
“Dia cantik. Silakan ambil sebagai isteri. Tetapi setahu
saya wanita itu sudah berkali-kali dicium laki-laki,” jawab pemuda itu dengan
santun. Maka penguasa itu pun hilang selera.
Tapi setelah sekian tahun kemudian, sang penguasa
mendengar kabar ternyata perempuan itu
telah dinikahi oleh pemuda yang dulu ditanyai. Maka diapun pun protes.
“Kenapa kamu menikah dengannya? Di mana harga
dirimu?”
“Dulu dia memang pernah dicium laki-laki. Tapi ketahuilah,
laki-laki itu adalah ayah kandungnya sendiri,” jawab pemuda mengunci. Skak mat.
Kisah kedua.
Seorang suami
saat hendak dinas keluar kota berpesan kepada isterinya agar merawat mertua
laki-laki satu-satunya yang masih hidup. “Selama saya tinggal pergi, kamu harus
sabar meladeni orang tua. Turuti saja kemauannya. Namanya orangtua, kadang yang
diminta aneh-aneh,” pesannya.
Istrinya mengangguk. Maka dirawatnya bapak mertua itu
dengan baik. Pagi disiapkan kopi. Sore disiapkan teh dan camilan. Begitulah
berlangsung beberapa hari. Sampai
akhirnya mertua mengaku bosan dengan wedang kopi dan teh. Dia minta susu.
Menantunya patuh. Saat petang disodorkan secangkir susu hangat. Tapi si mertua menggeleng.
“Lho, katanya minta susu?”
“Bukan itu?” kata mertua merajuk.
“Terus susu apa?”
“Yang itu,” katanya sambil menuding dada
menantunya. Kurang ajar, jabang bayik!
Ingin dia marah tetapi segera teringat pesan suaminya. Maka dia terpaksa menuruti
dengan berat hati. Tak lupa diajukan janji, bolehnya cuman sekali.
Saat suami pulang dinas, istri mengadukan kelakuan
tidak senonoh mertuanya. Sang suami spontan emosi. Dilabraknya sang ayah lalu
dimaki-maki dengan nada tinggi.
“Bapak, benar-benar keterlaluan,” katanya sambil berupaya
menguasai diri.
“Cuma sekali saja kok kamu sudah marah-marah kayak
gitu,” jawab ayahnya.
“Iya, tapi itu kurang ajar, Pak.”
“Cuma nyusu sekali sudah dimarahi. Dulu kamu juga
menyusu ke isteriku, dua tahun, aku ndak
marah-marah,” katanya mengunci. Skak mat
lagi. hahaha.....
Nah kan, terampil diplomasi itu penting. Tapi saya ndak tahu, itu baik apa buruk.
Tombo stress, gaezz.....
(adrionomatabaru.blogspot.com)
Foto:kompas.com.
Sign up here with your email
EmoticonEmoticon