DIGODA DAWET JABUNG

Ini unggahan ringan, sekadar selingan di tengah atmosfer wabah Corona yang menekan. GPP, ya asal tidak kehilangan kewaspadaan. Ini tentang es dawet jabung dari Ponorogo. Percayalah, minuman tradisional yang satu ini cukup nikmat. Bahkan di samping lezat cendol dawet juga berkhasiat. Konon, dapat membikin kita tetap ketawa, meski hati ambyar gara-gara dipameri bojo anyar oleh sang mantan.

Seruput saja gurih santannya dan legit gula arennya, kunyah gempol bulatnya (terbuat dari tepung beras), dan hirup pelan cendol sagunya. Ada juga isian tape dan ketan hitam di dalamnya. Inilah jajanan khas Ponorogo. Bila berminat mencicipi, datangi saja Desa Jabung, letaknya dekat Ponpes terkenal, Gontor. Di sepanjang jalan desa itu hampir semua rumah membuka warung dengan tagline homogen: Sedia Es Dawet Jabung. Di sekitar alun-alun Ponorogo juga ada. Harganya murah meriah, dua ribu maratus per porsi.

Begitu pesan, Sampeyan segera dilayani bakulnya. Bagi pembeli pemula, hampir pasti akan ketemu dengan adegan lucu seperti ini. Seperti saya alami kemarin. Si bakul menyerahkan semangkuk dawet beserta alas, tataan, atau lepeknya.

Seperti lazimnya bila membeli wedang kopi di warung, segera saya pegang lepeknya dan saya tarik. Tidak bisa. Sebab pedagang tetap bersikukuh menahannya. Saya tarik lagi dia juga menarik. Terjadilah drama rebutan alas mangkuk beberapa saat. Dan adegan seperti itu dapat dijadikan bahan  candaan dan olok-olokan oleh teman-teman yang sudah terbiasa andok di sana. Ya, ternyata pembeli dawet Jabung hanya berhak ambil mangkuknya saja. Sedang untuk lepek, nuwun sewu Mas, tidak dipinjamkan.

Mas Affan, rekan Inkindo dari Ponorogo, memberitahu bahwa itu memang begitu cara unik penyajian dawet jabung. “Malah ada yang bilang, kalau bakulnya mau melepas lepek ke pembeli tertentu, berarti dia bersedia dipek bojo (dinikahi) hahaha....,” katanya.  Temen, ta?(*)

• Tweet
• Share
• Share
• Share
• Share

Sign up here with your email