KE SORGA DIANTAR BURUNG



Pada dasarnya setiap manusia tidak suka dipaksa. Maka ajakan lebih gampang diterima daripada instruksi. Penanaman nilai-nilai melalui metode berkisah juga dirasa lebih mengena.  Melalui kisah, proses pembelajaran akan masuk lebih smooth, bahkan menancap di hati. Bukankah kitab suci juga berisi tentang kisah-kisah keteladanan? Bahkan terdapat surat Al-Qashash (cerita) di dalamnya.

Kitab Usfuriyah karya mashur Syeh Muhammad Ibn Abu Bakar adalah kumpulan cerita klasik yang sejak lama diajarkan untuk anak usia belasan tahun di pesantren desa atau MI dan MTs.  Lalu Prof Mohammad Nuh, mencoba mengangkatnya kembali dalam buku baru berjudul “Usfuriyah untuk Zaman Kita.” Tidak sekadar mengangkat tetapi juga memberi syarah atau ulasan kontemporer yang dikontektualisasikan dengan kondisi kekinian. Hasilnya: sungguh memikat dan bermanfaat.

Sebagai misal dikisahkan, ketika berjalan menuju Madinah, Khalifah Umar r.a melihat seorang bocah tengah mempermainkan seekor burung pipit (ushfur). Merasa iba dengan burung itu, beliau membelinya lalu melepaskannya ke angkasa.

Ketika Umar wafat, salah seorang ulama terkemuka (juhmur)  melihat Umar dalam mimpi.
“Apa kabar Umar?” tanya sang ulama, “Apa yang telah dilakukan Allah terhadapmu?”
“Allah telah mengampuniku dan menghapus segala dosaku,” jawab Umar.
“Mengapa? Sebab kedermawananmu, keadilanmu, atau karena zuhudmu terhadap dunia?”

Umar menggeleng. Kemudian berkata, “Ketika kalian menguburkanku dan menutupiku dengan tanah dan meninggalkanku sendiri, dua malaikat datang hingga membuatku takut. Bulu kudukku berdiri. Sendi-sendi tulangku gemetaran. Tapi tiba-tiba terdengar suara tanpa sosok yang menghardik keduanya: Tinggalkan hamba-Ku ini, jangan kalian takut-takuti. Aku menyayanginya dan dosa-dosanya telah Kuampuni karena dia telah menyayangi seekor burung pipit di dunia.” (hlm 14).

Pak Nuh, mantan Mendikbud itu, kepada wartawan di sela peluncuran buku tersebut mengatakan, “Lihatlah, Islam itu damai. Menebar kasih sayang. Gak onok critane dalam Islam iku ucapan kasar: kafiir...sikaat...!!. “

Ditambahkan, kisah-kisah sejuk seperti ini perlu disosialisasikan untuk membentengi mewabahnya penyebaran nilai-nilai yang secara substansi melakukan dehumanisaisi, kekerasan, radikalisasi, dan kegersangan sosial.

Kanjeng Nabi sudah bersabda, “Orang penyayang disayangi Allah yang Maha Penyayang. Maka sayangilah yang ada di bumi niscaya kalian disayangi yang ada di langit.”

Masih ada 40 cerita dan inspirasi di balik hadist Nabi yang tertuang dalam buku terbitan Qalam, Jakarta, tersebut. Sampeyan berminat? Silakan hubungi Pak Sukemi.(*)





Previous
Next Post »