Kebutuhan “primer” manusia zaman now agaknya ada dua: Sinyal dan Selfi.
Perut lapar tidak begitu masalah, asal sinyal internet jangan lemah. Kalau sinyal
sampai mati pasti bikin emosi dan frustrasi. Begitu juga dengan selfi. Sehari
tanpa selfi hidup terasa sepi. Terlambat mengunggah foto selfi ke dunia maya
seolah hilang eksistensi diri.
Dunia wisata menangkap hasrat unjuk diri yang
menggebu itu. Lalu merekapun sigap
membuat aneka tempat rekreasi berbasis selfi. Mereka menyediakan spot-spot yang
layak dijadikan background acara
jeprat-jepret foto. Menghadirkan panorama alam, dari yang natural sampai yang
artifisial, dari yang indah aduhai sampai yang lebay. Di pantai Indrayanti,
yang kepingin foto dengan latar pigura gambar hati berhias bunga, harus bayar Rp.
2000.
Lobi hotel, taman kota, sudut warung, pantai, hingga hutan mangrove semua disulap
menjadi latar foto. Bahkan bekas penambangan batu kapur pun bisa di”recovery” menjadi geowisata yang diminati.
Tebing Bukit Ijo, di Desa Sambirejo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta, membuktikan
hal itu.
Maka sejak tahun 2015 lalu lahirlah destinasi baru
dari tempat itu dengan nama keren: Breksi Cliff
Park atau Taman Tebing Breksi. Disebut breksi karena tebing itu mengandung
bebatuan jenis breksi, batu tambang yang bisa dimanfaatkan untuk bahan bangunan
dan batu hias. Objek goewisata sejenis juga dapat dijumpai di kawan bukit
Jeddih, Bangkalan, Madura dan di seputar area patung Garuda Wisnu Kencana,
Denpasar, Bali.
Bukit yang rusak akibat penambangan itu di”permak”
di sana-sini, diberi anak tangga dan ornamen di dinding. Tidak lupa diberi
sorot lampu supaya para pe-selfi tetap bisa mengambil gambar pada saat senja meremang
hingga malam hari.
Pada salah satu dinding Breksi diukir naga gini bermahkota
yang meliuk indah. Juga ada relief wayang yang menampilkan adegan Werkudoro
sedang bertempur. Semua itu menjadi spot selfi yang wajib bagi pengunjung,
meski mereka harus rela antre agar dapat berpose di situ.
Tebing Breksi berada di ketinggian, sehingga dari
tempat itu dapat dilihat hamparan panorama indah kota Yogyakarta dan
sekitarnya. Lanskap bandara dan candi juga menjadi sajian yang menyenangkan
mata. Ada juga arena teater terbuka dengan tempat duduk penonton terbuat dari
batu seolah mengajak imaji kembali ke zaman kejayaan teater Aristoteles di
Yunani.
Puluhan bus memadati parkiran, menandakan peminat
bukit Breksi sangat banyak, padahal jalan menuju bukit itu masih tergolong
sempit dan menanjak. Pemburu spot indah seolah berkejaran dengan waktu, berebut
ingin dahulu. Bergaya dan ambil foto sepuasnya, lalu diunggah di medsos. Geser
ke spot berikutnya lalu selfa-selfi
lagi, lalu upload lagi. Mumpung sinyal belum lemah, mumpung baterai smartphone belum drop.
Semua orang berlomba unjuk diri, memenuhi dinding-dinding
media sosial tiada henti. Manusiawi?
Boleh jadi. Secara psikologis, manusia memang memiliki kebutuhan
bertingkat-tingkat. Abraham Maslow menjelaskan, bila kebutuhan pokok pangan,
sandang, papan, dan rasa aman sudah terpenuhi, maka seseorang akan meningkat
lagi kebutuhannya, yaitu butuh akan aktualisasi diri. Kebutuhan untuk menjadi diri sendiri dan
menunjukkan jati diri.
Kecanggihan teknologi internet dan telepon pintar hadir
memberikan jalan pintas untuk memenuhi kebutuhan itu. Menampilkan keberadaan
diri ke hadapan dunia (dunia maya) dengan menunggah segala aktivitas yang
membanggakan diri maupun pose bergaya bahagia dengan menonjolkan latar belakang
destinasi wisata yang dikunjungi.
Tentu saja tak ada salahnya untuk berselfi,
sepanjang tidak berlebihan (apapun yang berlebihan pasti tidak baik). Tetapi
mengunggah foto selfi dengan tujuan agar eksis adalah tindakan yang agak naif.
Aktualisasi diri, kata Maslow, bukanlah sesuatu yang instan. Perlu proses
panjang, yang tak jarang berliku dan menyakitkan.
Orang yang benar-benar sukses eksis adalah orang
yang mau jatuh bangun memperjuangkan cita-citanya, yang mau konsisten
mengembangkan potensi dan bakatnya. Kadang harus rela dianggap aneh oleh orang
lain, dicap bertingkah “ora umum”, demi untuk menjadi dirinya sendiri,
mewujudkan aktualisasi diri sejati.
Eh... Adri, interupsi. Kamu ini mau ngomong wisata
breksi apa psikologi selfi, sih?
Entahlah.
(adrionomatabaru.blogspot.com)
Sign up here with your email
EmoticonEmoticon