“Belajarlah kepada ahlinya.“ Saya sepakat dengan pendapat itu, bahkan Minggu kemarin merasakannya. Saya berkesempatan mengikuti kelas webinar “Menulis Biografi dan Ghostwriter” yang diadakan oleh Tinta Langit. Dan narasumbernya adalah penulis biografi tokoh-tokoh Indonesia yang mumpuni, Alberthiene Endah (akrab dipanggil AE).
Sudah 60 biografi yang ditulisnya, di antaranya Krisdayanti, Chrisye, Ani Yudhoyono, Raam Punjabi, Jokowi, Merry Riana, dan ibunda Yusuf Kalla (Athirah). Maka waktu sepanjang 90 menit terasa kurang, karena yang tersaji adalah “daging” semua. Peserta pun berebut bertanya, sampai ada beberapa pertanyaan yang tidak sempat terespons.
Mbak AE berbagi banyak trik dalam menulis biografi. Salah satu yang menarik adalah pendapatnya tentang biografi itu sendiri. Dikatakan, menulis biografi hendaknya diniatkan untuk menolong hidup orang lain.
“Biografi adalah jembatan yang amat
sangat efektif untuk menolong orang-orang yang putus asa. Untuk membangkitkan
orang yang tidak percaya bahwa ada hari esok yang lebih baik. Untuk
mengispirasi orang-orang yang percaya bahwa dirinya adalah hebat,” kata jurnalis
dan novelis kelahiran Bandung itu.
Banyak orang bilang bikin biografi itu hanyalah sebentuk narsis, panggung mencari tepuk tangan, pencitraan, dan menaikkan elektabilitas. Padahal sejatinya biografi itu untuk memberi makan jiwa. Ini seni menulis dengan memakai jiwa. Maka kata kuncinya adalah niat. Niat itulah yang menjadi arah atau petunjuk jalan. Kalau kita menulis sesuatu yang kemudian ternyata mempengarui hidup orang banyak. Itu tentu tujuan yang mulia.
“Modal penulis biografi itu empati. Empati akan membedakan antara penulis yang satu dengan penulis yang lain. Empati akan terlihat dalam setiap kalimat yang dia buat. Empati berpengaruh kepada kedalaman tulisan. Empati menjadi fokus dan petunjuk arah mana yang harus digali lebih dalam. Lukanya ada di mana, capaian, kesuksesannya maupun kejatuhannya ada di mana,” kata AE, biografer yang laris manis itu.
Demikian sekelumit catatan sementara
yang sempat kubuat. Nah kan, benar sekali ungkapan bahwa “bergurulah kepada
suhunya.”
Sign up here with your email


EmoticonEmoticon