“Setiap sifat mulia terkepung di antara dua sifat tercela. Sifat mulia berada di tengah, sedang yang berada di kedua ujungnya adalah sifat tercela,” kata Ibnul Qayyim, seorang cendekiawan muslim mashur yang hidup di abad 13.
Dalam kitab Madaarijus Saalikin, beliau mencontohkan sifat dermawan (juud) adalah sifat mulia. Tetapi ketika sifat dermawan diterapkan kelewat batas maka seseorang akan menjadi boros (tabzir). Sedangkan jika kedermawanan diabaikan maka dia akan jatuh kepada sifat tercela, yaitu pelit (bukhl).
Sifat berani juga mulia, tetapi kalau berlebihan akan menjadi ceroboh. Sebaliknya jika keberanian tidak dipupuk maka akan jadi pribadi penakut. Cemburu yang proporsional itu baik, jika kelewatan cenderung jadi iri hati, tapi jika tidak ada cemburu dia menjadi sosok permisif (cuek).
Maka rawatlah sifat mulia pada dirimu, tetapi jangan melampaui batas. Juga jangan melalaikan sifat muliamu agar tidak terjerembab ke dalam sifat tercela.
Boleh saja punya semangat
tinggi tapi jangan sampai menjadi serakah/ambisius, atau justru menjadi pemalas
gara-gara mengesampingkan sifat semangat.
Jadilah orang cerdas
tetapi jangan kebablasan hingga menjadi pemuja akal, atau menjadi orang bodoh
karena meninggalkan kecerdasan.
Silakan menjaga wibawa
tetapi jangan sampai berbangga diri (sombong), atau menjadi orang lemah lantaran
tidak memedulikan kewibawaan diri.
(adrionomatabaru.blogspot.com)
Sign up here with your email
EmoticonEmoticon