MENIKMATI KARYA NDARA MANTRI PROF GIMIN


Awalnya beliau hanya ingin menulis, mengikuti dorongan hati. Mengetik tanpa pretensi, entah akan jadi apa nanti, entah dibaca siapa kelak. Tidak dinyana ternyata kemudian terlahir menjadi novel apik dengan judul “Ndara Mantri Guru” karya Prof. Sugimin, WW.

Dulu guru besar ITS Surabaya itu mengaku benar-benar hanya ingin menuangkan gagasan yang berkumpar di benak, dengan kegairahan penuh. Mungkin itu yang disebut orang dengan istilah in the mood. Dan “kebetulan” tersedia kesempatan longgar baginya. Karena kala itu dirinya tengah menunggui istri yang sedang sakit. 

“Saya heran. Tidak menyangka bisa jadi buku novel seperti itu. Pokoknya waktu itu saya mengetik saja. Sambil nunggui istri, saya menulis tiap hari, berturut-turut selama 42 hari tanpa putus, sampai jadi,” kata fisikawan senior ini mengenang. 

Namanya juga orang eksak. Tidak terpikir aspek gaya bahasa, karakter tokoh, atau dengan sengaja membangun plot agar berliku dan mengejutkan. Semua mengalir saja, yang penting pesan tersampaikan. Nyatanya, kewajaran dalam bertutur itu justru membuat jalan cerita menjadi natural dan memikat. Apalagi bahan bakunya kebanyakan dipungut dari pengalaman pribadi sendiri. Pantas jika kemudian novel ini diberi label “novel dokumenter.” 

Agaknya Prof Gimin lebih mengutamakan niat untuk mengutarakan pengalaman, berbagi pesan, serta kehendak menyuarakan sikap subyektifnya terhadap kehidupan. Tetapi toh yang tersurat justru kisah inspiratif tentang lika-liku anak ndesa level bocah angon yang sukses menerobos sekat strata sosial melalui jalur pendidikan.  Meski sang tokoh “aku” kelihatanya bercerita tentang diri pribadi, tetapi secara tidak langsung juga terbawa setting kondisi sosial ekonomi saat itu: era kolonial Belanda, zaman Jepang, hingga masa kemerdekaan. 

Jadi tergambar bagaimana kehidupan sekolah rakyat yang diwulang ndara mantri guru, atau keluarga sugih yang jatuh miskin karena disatroni kecu dan grayak (perampok). Tentang cara hidup anak kaum abangan yang gemar puasa patigeni, rajin mengaji tetapi tidak sembahyang. Falsafah melik nggendhong lali, susah payah mencari Tuhan, hingga mahasiswa yang dipaksa melamar teman wanitanya gara-gara surat cinta yang dikirim diam-diam ketahuan calon mertuanya (yang tokoh ormas keagamaan). 

Semula draf naskah itu hanya diprint di kertas kuarto, lalu dijepret stamples sehingga menjadi buku sederhana. Tergeletak sekian waktu hingga akhirnya terpegang tangan Mas Imung Mulyanto, penulis skenario film dan mantan redaktur seni budaya koran Surabaya Post.  Naskah tersebut disunting dan diberi sentuhan secukupnya. Sedang tugas saya sekadar membantu mengemas tata letak dan cover bukunya. Kemudian Mas Sukemi kemi melalui PT Pendar Asa yang dikelolanya, berkenan menerbitkannya. Tarra…!! Jadilah novel Ndara Mantra Guru dengan tebal 350 halaman ini. 

Yang berminat, silakan japri di 081 330 400 345. Harga Rp. 75 ribu, sudah termasuk ongkir. Buku siap kirim.(adrionomatabaru.blogspot.com)





 

 

 

Previous
Next Post »