PENANDA KOTA

  



Setiap wilayah punya penanda. Di Kota Negara Kab. Jembrana, Bali, saya menemukan penanda itu begitu nyata. Sejumlah patung indah menghiasi taman tengah kota. Sebuah karya seni rupa tiga dimensi yang hadir memikat mata. Menjadi oase sejuk di sela keramaian lalu lintas. 

Saya mencoba menikmati semua karya itu tanpa banyak pretensi dan kerewelan analisis si otak kiri. Biarlah semua kulihat dengan menggunakan sudut pandang seorang bocah, dengan mripat bening yang gampang terpesona terhadap sajian estetika di depannya. 

Patung Bima bertarung dengan naga di taman Pencangakan  Negara di Jl. Surapati Daunwaru membuat saya berhenti dan perlu mendekat untuk mencermati lekuk dan ekspresinya. Segera terbayang fragmen Bima yang tengah mengemban perintah guru Durna untuk mencari sarang angin dan air suci perwitasari, tetapi mendapat hadangan naga di samudera. 

Ini sepenggal kisah tentang ketaatan total seorang murid. Meski perintah guru Durna sebenarnya bertendensi politis agar Bima tidak turut dalam perang Baratayuda, tetap dijalani. Tetapi akhirnya Bima justru berjumpa dengan Dewa Ruci yang mengajari ilmu kesejatian diri. 

Lima patung wanita penari Bali tampak gemulai menyambut tamu yang akan berkunjung di Kebun Raya Jagatnatha Jembrana. Ukiran pada patung naga penjaga gerbang Pura Jagatnatha mengabarkan pesan betapa seniman Nusantara sungguh luar biasa. Ornamen dan detail dari binatang dari dunia mitologi itu hadir dengan penuh estetika dan imajinasi. Patung buaya diselimuti kain putih kuning di Desa Delodbrawah kian mempertegas bahwa kehadirannya bukan sekadar karya seni rupa tapi menjadi bagian dari ritual keagamaan. 

Kiranya patung-patung itu tetapi telah menjadi karakter dan identitas kota. Di sini, seni telah menyatu dalam denyut kehidupan sehari-hari. 

(adrionomatabaru.blogspot.com).



 

Previous
Next Post »