ETOS KERJA

Setiap melintasi jembatan Suramadu, Bupati Pamekasan, H. Baddrut Tamam, S.Psi menyadari bahwa sampai sekarang kondisi daerahnya masih njomplang atau timpang bila dibanding dengan daerah lain.

Di Surabaya dia masih melihat banyak gedung besar dan  keramaian lalu lalang kendaraan. Begitu masuk Pulau Madura keadaannya langsung berubah. “Jangankan melihat wajah kotanya, melihat wajah orang-orangnya juga beda,” katanya saat audensi dengan pengurus DPP INKINDO (Ikatan Nasional Konsultan Indonesia) Provinsi Jatim, di Pendapa Kabupaten Pamekasan, kemarin.

Lalu Bupati Baddrut menyimpulkan, hingga kini jembatan Suramadu masih berfungsi sebagai jembatan transportasi, tetapi belum menjadi jembatan kesejahteraan bagi masyarakat Madura. Tetapi bukan berarti jembatan Suramadu tidak berguna, hanya efeknya belum maksimal.

Maka dirinya mencoba menemukan sinergi yang pas antara karakter masyarakat, peluang usaha, dengan gerak pembangunan yang tengah digencarkan pemerintah daerah. Dengan latar belakang sarjana psikologi, Bupati Baddrut melihat terdapat banyak sisi positif dari suku Madura.

“Mereka memiliki etos kerja yang luar biasa,” katanya. Ditambahkan, orang Madura ada di mana-mana, berani merantau dan ulet bekerja. Mereka ada di Surabaya, di Jakarta, di Luar Jawa, bahkan di  Mekah dan Madinah. Profesinya juga bermacam-macam, dari qorik sampai korak ada.

“Tidak ada orang yang berani jualan emas di depan toka emas selain orang Madura. Tidak ada orang yang berani menjual bensin di depan pom bensin. Pokoknya orang Madura itu selangkah lebih maju. Ndak tahu ini tandanya orang berani atau orang nekad,” katanya berseloroh.

Mungkin sebagian orang menyebut keberadaan mereka sebagai problem, tapi bisa jadi ini sebuah potensi. Terlepas dari semua itu, menurut Bupati, seharusnya etos kerja tersebut dapat dikelola sehingga membawa dampak yang positif bagi semua. Etos kerja merupakan modal dasar yang bagus untuk pemacu percepatan pembangunan. Untuk itu diperlukan kerja sama untuk menemukan rumusan yang tepat dalam mengelolanya dengan melalui multipendekatan dan multidisipliner.

“Oleh karena itu saya senang sekali mendapat tamu dari INKINDO Jatim. Sebab organisasi ini adalah tempat berkumpulnya para ahli dari berbagai disiplin ilmu,” katanya.

Menurutnya, pola pikir masyarakat harus mendapat perhatian bila ingin membangun kesejahteraan. Umpamanya bila membangun pariwisata. Di  Pamekasan, atau di Madura pada umumnya, dunia pariwisata sudah cacat bahkan sebelum lahir. Wisata dalam top of mind orang awam masih negatif. Kesan pertama yang muncul di benak mereka saat mendengar kata wisata adalah maksiat.

Maka cara pandang seperti itu harus ditangani terlebih dahulu sebelum benar-benar mengembangkan sektor wisata beserta industri kreatif turunannya. “Perlu dukungan semua pihak,  mulai dari tokoh agama, tokoh masyarakat, akademisi, juga termasuk konsultan,” katanya. 

(adrionomatabaru.blogspot.com)



Previous
Next Post »