“Saya yakin Sontoh Laut ini layak dikembangkan. Di
sini setiap tahun masih berlangsung tradisi sedekah
laut dan nyadran. Panoramanya
juga bagus,” kata Camat Bambang Udi, kepada saya, di sela keramaian pengunjung
pantai itu.
Lalu berbagai upaya pun dilakukan. Dalam dua tahun
terahir ini destinasi wisata bahari Sontoh Laut mulai dikenal. Sejumlah event digelar. Tidak lupa diunggah ke
dunia maya, diramaikan di media sosial. Event terbaru, 8 Desember lalu, sukses digelar
acara menanam mangrove di pesisir ini.
Video upacara 17 Agustus 2019 di tengah laut juga
cukup viral di Youtube. Acara ini
melibatkan 32 perahu dan 230 peserta. Kemudian video Ikrar Sumpah Pemuda
Oktober kemarin juga mendapat perhatian khalayak dan warganet.
Lomba skylot
(balap papan luncur di atas lumpur pantai) juga menjadi event
yang disukai. Juga diselenggarakan lomba
Vlog dan fotografi dengan obyek Sontoh Laut dan Cangkrukan Ngopi (Ngobrol Pintar). Foto-foto wisata ini juga mulai
meramaikan instagram dan FB.
Wisatawan pun berdatangan. Pedagang mulai
mendapatkan rezeki dengan menjual produk olahan ikan segar, cumi, udang,
jangkang, hingga kepiting. Tak lupa camilan dan minuman tradisionalnya. Roda
ekonomi bergerak, setidaknya menjadi alternatif mata pencaharian ketika penghasilan menjadi nelayan, dalam 10 tahun
terakhir menurun akibat dari reklamasi di kawasan Teluk Lamong.
Sontoh laut, adalah “sontoh soal” dari kejelian menghidupkan potensi
daerah.
(adriono.matabaru.blogspot.com)
Sign up here with your email
EmoticonEmoticon