Siapakah nama atau wajah yang selalu muncul di
permukaan teratas ingatanmu?
“Tentu orang yang aku kasihi,” begitu jawabmu, terdengar
klise dan stereotipe.
Padahal sepertinya tidak demikian. Yang muncul
paling dulu di benak, ternyata dua nama sekaligus. Hadir silih berganti. Yaitu, orang yang paling kau cintai dan orang
yang paling kau benci. Tampaknya, rasa rindu
dan rasa dendam punya tempat bermukim yang sama di dalam bilik pikiran maupun
hati.
Ini fakta menjengkelkan dan berusaha untuk ditepis kebenarannya
oleh kita semua. Kemarahan, kebencian, maupun antipati kepada seseorang justru membuat nama dan wajahnya semakin melekat
saja dalam ingatan. Dia membuntuti ke mana kita pergi, menyita setiap pembicaraan
dan aktivitas sehari-hari. Diam-diam dia
menyelinap menjadi mimpi buruk, bahkan mengusik-usik khusuk sholat kita.
Barangkali karena itu maka orang bijak sering berkata,
memberi maaf orang-orang yang kita benci adalah langkah yang baik.
Dengan memaafkan secara perlahan wajah dan namanya akan tereleminasi dan tidak bakal muncul di peringkat
atas ingatan. Sebagai gantinya yang memenuhi benak adalah sosok orang yang kita
cintai yang tentunya menyenangkan hati.
Ucapan “sejuta teman terlalu sedikit dan satu musuh sudah
terlalu banyak” agaknya bisa dipahami dalam konteks seperti ini. Apa gunanya
memelihara benci dan dendam, jika hanya akan merusak jiwa raga, mengganggu ketenangan hidup,
dan mengoyak hening ibadah kita? Save
akal sehat. (adrionomatabaru@gmail.com)
Sign up here with your email
EmoticonEmoticon