TELUSURI JALAN NEGARA

 

Mengitari jalan di desa-desa kawasan Jembrana adalah meliput keindahan yang nyata. Jadi, tak harus mengunjungi obyek wisata yang tertera dalam brosur wisata atau yang sedang viral di sosial media, sebab di Bali semua lokasi adalah destinasi. 

Berputar-putar dengan motor sewaan plat DK, saya jadi leluasa kemana saja. Tidak terikat jadwal biro travel yang kelewat ketat mengatur rombongan, tetapi sangat longgar manakala penumpang sedang belanja di toko oleh-oleh yang menjadi relasi sopir travel itu. 

Dari Kec. Negara, ibukota Kab. Jembrana, saya telusuri jalanan kota lalu melipir ke Kelurahan Lelateng, Loloan Timur, makam Wali Pitu, meluncur ke Desa Budeng, membelah hutan mangrove, masuk Perancak, Air Kuning, lanjut hingga ke muara. 

Dan ini yang kulihat. Panorama alam yang canthik natural, tanpa dekorasi buatan tempat sandaran para selfie mania. Hamparan sawah terasiring, tanah lapang dengan barisan nyiur melambai. Jajaran rumah adat dan sejumlah pura ikonik kaya warna. Nelayan melaju menuju ke laut untuk berburu ikan layur. 

Di sini manusia, alam, seni, dan budaya terasa menyatu dalam satu tarikan napas. Sejauh mata memandang terpampang lanskap alam, bagai lukisan tanpa pigora. Seni ukir dan arsitektur adat hadir di sekujur pura dan di sudut-sudut rumah warga. Perempuan berkebaya dengan beras putih menempel di dahi, meletakkan sesaji di puri depan rumah, adalah puisi tanpa kata. 

Keluntung genta kayu terkalung di leher sapi, mengeluarkan bunyi berirama ketika ternak itu merumput. Suara debur ombak tipis-tipis. Bukankah semua itu seni musik yang menyejukkan hati? Beberapa ekor anjing berlarian, anak ayam mematuk-matuk jagung. Seorang pria asyik menorehkan kuas, memberi sentuhan warna akhir pada cadik perahunya. Semua adalah alinea pembuka dari sebuah sastra panjang tanpa aksara. 

Di warung mangrove Wana Mertha Budeng, kunikmati ikan nila asam manis. Di kedai kecil pinggir jalan Delod Berawah kureguk tandas es kelapa muda berpadu irisan jeruk nipis. Kemudian saya minta bonus petunjuk jalan, karena gugel mep tak selamanya dapat diandalkan. 

Sungguh, menelusur jalan tanpa banyak perencanaan, tanpa keinginan macam-macam, itu menyenangkan. (*)



Previous
Next Post »