Menghadiri Ultah Media Siber

 

Menghadiri resepsi HUT ke-18 media online beritajatim.com, di Whiz Luxe Spazio Hotel Surabaya, Kamis kemarin, saya bagai menyaksikan sebuah perayaan atas kemenangan adaptasi, inovasi, dan kepercayaan diri dari para pengelolanya. 

Mereka adalah tiga serangkai Bpk Dwi Eko Lokononto alias Cak Lucky, Mbak Nining, dan Mas Ainur Rohim. (Dua nama yang disebut  pertama itu adalah kolega saya, karena dulu sama-sama bekerja di harian sore Surabaya Post). 

Terbukti secara tim awak beritajatim sukses melakukan transformasi, dari media berita cetak menuju ke media siber. Sanggup melakukan penyesuaian-penyesuaian dan bikin terobosan di tengah perubahan zaman yang kian digital dan penuh disrupsi. Dan ini tidak gampang, tidak semua orang mampu melakukannya, termasuk saya. 

Kiranya benar ungkapan teori evolusi  klasik Darwin. Pada akhirnya yang menjadi pemenang bukanlah yang terkuat, tetapi mereka yang sanggup melakukan adaptasi. 

Beritajatim.com yang berdiri sejak 2006  kini bolehlah disebut sebagai media online lokal yang eksis dan sehat, meskipun mugkin bukan yang terbesar. Dia kerap dijadikan “role model” yang layak dicontoh oleh media berita online lokal lain yang tergabung dalam  Asosisasi Media Siber Indonesia (AMSI). 

Tahun 2022 lalu  AMSI memberi apriesiasi  dua award sekaligus kepada beritajatim.com. Yaitu sebagai media siber lokal terbaik untuk kategori pertumbuhan bisnis serta kategori pertumbuhan brand.  Ini capaian yang luar biasa, mengingat tahun-tahun itu situasi tengah dihajar pandemi Covid. Juga kondisi ekosistem dunia publisher digital yang tidak sedang baik-baik saja, bahkan hingga sekarang. 

Dalam bahasa Pak  Ainur Rohim, kita berada dalam era di mana kita gampang mendirikan media, tetapi sulit menghidupinya. Jadi wartawan mudah, berbisnis media susah.  Bayangkan, kini di Indonesia ada sekitar 43 ribu media siber yang berebut pembaca dan pengiklan. Sementara belum ada regulasi memadai untuk mengaturnya. 

“Mengelola media online itu lebih rumit,” jawab Cak Lucky ketika saya tanya tentang perbedaan menangani media siber dengan media cetak yang lama digelutinya. Menurutnya, proses produksi dari hulu ke hilir tidak dapat dikendalikan sepenuhnya. Media online punya ketergantungan yang tinggi kepada platform, karena websitenya “dicantolkan” di sana. 

Ya, ada teknologi yang turut terlibat. Bahkan platform dominan dalam mendiktekan kepentingannya. Ukuran kelayakan informasi yang patut diunggah bukan lagi kepentingan umum, kontrol sosial, atau edukasi publik sebagaimana digariskan oleh kaidah jurnalistik. Tingkat viralitas isu dan seberapa banyak klik yang dilakukan oleh netizen menjadi standard baru. Jurnalis diam-diam tunduk kepada hukum algoritma, merasa perlu belajar SEO (search engine optimization), mencermati traffic, hingga mempertimbangkan alat ukur platform yang kesemuanya berbasis mesin AI. 

Selamat berulang tahun beritajatim.com. Sukses selalu dan harus tetap optimistis, Cak. Mari kita resapi syair yang didendangkan oleh Wagub Jatim Emil Dardak di panggung resepsi  meriah itu. Lagunya Utha Likumahuwa, Esok Kan Masih Ada:

Tuhan pun tahu hidup ini sangat berat

Tapi takdir pun tak mungkin slalu sama

Coba-cobalah tinggalkan sejenak anganmu

Esok kan masih ada .. esok kan masih ada. (*)




.

Previous
Next Post »