Kecanggihan teknologi semakin mampu melipat jarak. Kita kian dapat bekerja tanpa banyak terhambat oleh faktor tempat. Bisa bekerja di mana saja dan berkolaborasi dengan siapa saja dengan lancar. Seperti yang saya alami dengan Mas Endro Rudy Cahyono. Senang bisa turut membidani lahirnya majalah “Jannah” terbitan SMKN1 Rajadesa, Ciamis. Salah satu sekolah unggul di kawasan Jawa Barat, yang saya sekalipun belum pernah menginjakkan kaki di halamannya.
Sungguh saya tak henti bersyukur, sebagai generasi jadul berkesempatan migran ke era teknologi unggul, meski kadang gagap grathul-grathul. Belajar membiasakan diri bekerja secara online, work from anywhere atau apalah istilahnya. Terbukti kini semakin terbuka ruang-ruang untuk berkarya dan berkreasi. Malah lebih produktif, dapat mengerjakan beberapa kegiatan sekaligus secara berbarengan waktunya.
Sejak bulan lalu, bersama para siswa dan dewan guru, kami berproses rame-rame. Mengadakan wokshop via daring, langsung dilanjut dengan penugasan liputan, membuat reportase, menulis artikel, puisi, hingga bikin cerita gambar berseri.
Kemudian mengembangkan naskah, mendiskusikan sudut pandang, hingga membedah logika bahasa secara intensif di dalam satu ruang grup WA. Saling mengkritisi, melengkapi, hingga kasih jempol apresiasi. Bukankah ini sebentuk proses belajar sejati yang penuh arti?
Setelah melewati hari-hari ekstrasibuk akhirnya terwujud juga majalah yang diimpikan. Kelahiran pertama yang layak kami sambut gembira. Kini tugas berat berikutnya menanti: mengawal kontinyuitas penerbitannya.
Semangat saya selalu tersulut bila terlibat dalam kegiatan semacam ini. Senang sekali dapat menularkan sekadar pengalaman, buah bekerja di media massa cukup lama. Dalam konteks pendidikan, saya berpendapat pembuatan majalah sekolah bukan sekadar praktik bikin “majalah-majalahan”. Majalah sekolah adalah media pembelajaran strategis. Salah satu sarana penyadaran akan urgennya membaca dan menulis, sebagai skill yang tetap dibutuhkan di era kapanpun.
Tidak terlalu penting, apakah nanti awak redaksi Jannah ada yang bakal jadi jurnalis atau penulis (meski kalau ada tentu sangat baik). Tetapi menghasilkan sebuah produk konkret di sekolah adalah eksplorasi kapasitas diri dan mengasah sekian kompetensi.
Siswa bersama guru larut berproses. Mulai dari mencermati problem dan fenomena sekitar, menangkap ide, mengeramkan pemikiran dan imaji, lantas menuangkan dalam tulisan, adalah proses simultan yang bermakna.
Berpraktik literasi membuat kita menghargai data, menyukai informasi, mau bernalar, dan berlatih mengutarakan pendapat secara runtut dan logis, tertulis maupun lisan. Alhamdulillah jika kemudian sampai bermuara kepada cinta ilmu dan kebaikan.
Dengan membikin majalah sekolah, siswa telah belajar aneka skill dengan antusias lantaran dia tidak merasa sedang belajar formal mata pelajaran bahasa Indonesia. Anak-anakk muda itu tertantang bikin karya sebagai bagian dari unjuk eksistensi diri.
Akhirnya, meskipun semua bisa dilakoni secara teleconference, toh saya kepingin juga kapan-kapan bisa beranjang sana ke Rajadesa. Bertatap muka dengan Pak Kepsek Saidun, Pak Arif Nurahman, beserta kru majalah Jannah yang luar biasa. Ngobrol santai sambil mengembangkan ide kolaborasi baru yang saling menguatkan dan memberdayakan bersama. Syukur-syukur sembari menikmati panorama alam Pantai Pangandaran.
Bravo SMKN1 Rajadesa. (*)
Sign up here with your email
EmoticonEmoticon