Dalam kehidupan tidak semua aspek bisa kita
kendalikan sepenuhnya. Bahkan dalam banyak hal, ada sesuatu sudah given, sudah ditentukan dari sononya. Salah satu hal yang tidak dapat
dipilih dan diatur-atur adalah tetangga kanan kiri kita. Maka kita hanya bisa
berharap semoga mendapat tetangga yang baik, bukan yang resek (tetangga masak gitu?).
Tentu berharap dan berdoa saja tidaklah cukup. Iklim
kondusif pertetanggaan harus kita bangun sendiri dengan aktif. Kalau cuma
berharap tanpa melakukan apa-apa. Cuma sibuk dengan urusan diri dan keluarga
sendiri, pulang kerja langsung tidur, mana mungkin terjalin ikatan dan
kebersaama antartetangga tercipta?
Menyadari bahwa kekompakan harus dibentuk dan dirawat
maka warga Dasa Wisma di perumahanku
mengadakan acara kumpul-kumpul sambil berwisata, semacam gathering bahasa kerennya. Minggu
kemarin sebanyak 67 jiwa, tua-muda, manula-balita, dalam satu bus meluncur ke
Kebun Raya, Purwodadi, Pasuruan. Bersyukur
Allah menghadirkan cuaca amat cerah, padahal beberapa hari kemarin hujan deras bertubi-tubi.
Inilah gathering ala kampung. Menggelar terpal di
rumput hijau, di bawah ayoman rindang pohon, sudah demikian menyenangkan. Tentu tidak sekadar duduk-duduk menikmat alam, sebab ada sederet kegiatan seru. Ada outbond
keluarga, fun game untuk anak, hingga tukar- tukaran kado.
Untuk outbondnya, tidak perlu ambil pelatih
profesional (yang butuh honor tinggi). Maka trainernya cukup amatiran saja yang
tidak lain adalah saya sendiri berduet dengan mantan KetuaRT 5 Bpk. Ario
Murdiyanto. Juga dibantu Mas Farid, Cak
Mad, dan rekan lainnya.
Properti nya juga sederhana. Tidak ada tantangan
tinggi seperti flying fox, rapelling,
atau two lines brigde. Itu mah di luar kemampuan anggaran dasa
wisma.Oleh karena itu kami “hanya” bermain estafet karet gelang dengan sedotan plastik, memindahkan
pipa paralon dengan jepitan dua dengkul, mengoper bola pingpong dengan
menggunakan gelas eskrim yang dipasang di pergelangan lengan, serta sejumlah lomba
tanpa alat.
Tapi Tuhan maha adil. Kegembiraan tidak identik dengan
kelengkapan sarana-prasarana. Kebahagiaan tidak berbanding lurus dengan
kelengkapan fasilitas. Sebab jika demikian halnya, maka semakin kaya seseorang
semakin bahagialah dia. Padahal kenyataannya tidak selalu demikian.
Lihatlah, dengan game seperti itu saja suasananya sudah superheboh. Anak-anak kecil
tertawa lepas setiap sukses menjalankan instruksi dan mendapat sekantung
hadiah. Ibu-ibu terpingkal-pingkal geli justru karena gagal memenangkan lomba. Bapak-bapak
terbahak-bahak. Semua meluapkan kegembiraan. Lupa sejenak keruwetan
hidup, beban kerja, serta segunung utang yang tak kunjung lunas.
Gathering kampung terbukti menjadi sarana ampuh membangun
mengakrabkan tetangga. Mereka yang awalnya tidak kenal menjadi akrab gara-gara
harus berjuang keras dan berkontribusi terhadap
kelompok masing-masing demi mengumpulkan medali sebanyak-banyaknya. Hadiah besar menanti Sampeyan!
Outbond keluarga
seperti ini juga menjadi medium
murah untuk merasakan kembali betapa hangatnya kehidupan berkeluarga dan
bertetangga. Apalagi semua game telah
dirancang dapat dimainkan semua usia. Sehingga
seluruh peserta berhak merayakan kegembiraan bersama: siang ini milik kita!
Kiranya kumpul ramai-ramai secara fisik telah menjadi
momen istimewa di era gadget saat ini. Sebab setiap individu kian asyik dengan dunianya
sendiri. Semua orang menunduk melototin gawai masing-masing.
Berinteraksi dalam dunia nyata seyogyanya tetap menjadi
hal yang utama dibanding tenggelam dalam
keriuhan di dunia maya. Tul’nggak? (adrionomatabaru.blogspot.com)
Sign up here with your email
EmoticonEmoticon