Jenuh Berobat

 


Tulisan saya mengenai “Salah sangka tentang cuci darah” pada unggahan sebelumnya, tentu saja tidak disertai maksud untuk mengentengkan bahaya penyakit ginjal. Betapapun menjalani hemodialisis bukanlah kegiatan nyaman. 

Pasien harus wira-wiri ke RS dua kali sepekan. Harus rela stay di tempat tidur unit hemodialisis RS selama 4 sampai 5 jam setiap terapi. Dan itu berlangsung seterusnya, mengingat fungsi ginjalnya sudah rusak. Tentu ini sangat mengganggu mobilitas dan aktivitas mereka. 

Tetapi pesimisme dan keraguan tentang efektivitas cuci darah seyogyanya ditepiskan.  Menurut dr. Satriyo Dwi Suryantoro, Sp.PD, K-GH, FINASIM, dokter spesialis penyakit dalam RSI Surabaya A.Yani, teknologi hemodialisis dapat diandalkan dan memadai kecanggihannya.  

Meski demikian diakui bahwa mesin ginjal bikinan manusia tersebut tidak dapat 100% menggantikan fungsi ginjal asli.  Oleh karena itu masih ada solusi selain cuci darah yaitu dengan melakukan transplantasi ginjal.  

Sedang untuk mengatasi kendala mobilitas bagi pasien yang aktif bekerja, mereka dapat memanfaatkan metode terapi pengganti ginjal Peritoneal Dialysis melalui kateter khusus yang dipasang di tubuh pasien. Lewat metode ini pasien dapat melakukan cuci darah secara mandiri di sela kesibukan hariannya. 

Bagaimana dengan pasien yang memilih stop terapi hemodialisis, dengan alasan sudah jenuh, dan beralih ke pengobatan alternatif maupun herbal? 

“Kepada mereka saya selalu berkata dengan ucapan yang sama. Silakan berhenti, tapi jatah jadwal Bapak dan Ibu tidak akan saya coret di sini. Saya tunggu satu bulan. Kebanyakan mereka akan balik ke sini lagi. Mereka bilang: iya Dok, nafas saya sesak lagi, terasa mual, dan keluhan lainnya,” katanya. Nah, kan. 

Meski telah dipaparkan beberapa hal yang “menghibur”, tetap tidak dapat disangkal bahwa gangguan ginjal kronis merupakan penyakit yang berbahaya. Juga berbiaya mahal. Sekali cuci darah butuh merogoh kocek sekitar satu hingga satu setengah juta rupiah. 

Beruntung sekarang ada BPJS yang mengcover pembiayaan tersebut. Tetapi keterbatasan peralatan di RS dan banyaknya pasien yang membutuhkan hemodialisis, mengakibatkan timbulnya antrean dan daftar tunggu. 

Dengan melihat realitas seperti itu maka upaya pencegahan sangat bijak dilakukan. Lalu apa yang perlu dilakukan untuk menjaga kesehatan ginjal? 

Pertama, kenali faktor  risiko. Orang-orang yang punya riwayat diabetes dan darah tinggi punya risiko lebih tinggi dibanding orang normal. Kedua, berhenti merokok,” katanya.

 

Bukankah rokok hanya mengganggu paru-paru? “Oh tidak, zat beracun dari rokok juga mengganggu sirkulasi darah, ke mana-mana, termasuk merusak fungsi ginjal,” katanya. 

Saran berikutnya adalah minumlah air  yang cukup. Satu hari minimal  1,5 liter air atau setara dengan delapan gelas.  “Untuk menjaga fisik, lakukan olahraga teratur. Cukup olahraga kategori ringan dan sedang saja,” sarannya.  Siap, dok ! 

(adrionomatabaru.blogspot.com)

Previous
Next Post »