MENJADI WARGA DUNIA

 

Sekolah yang satu ini memang beda. Selalu punya acara kreatif dalam pembelajarannya. Kali ini, dalam upaya menambah wawasan siswa terhadap dunia internasional, Sekolah Alam Insan Mulia (SAIM) Surabaya menggelar acara International Culture Exhibition 2024, di lingkungan sekolah, Selasa, kemarin.

Sejak pagi suasana sekolah di Jl. Medokan Semampir ini saya lihat sudah meriah bernuasa mancanegara. Berdiri stan-stan yang mewakili benua dan negara-negara. Di tanah lapang timur terdapat kawasan Benua Amerika. Di sisi selatan berdiri tenda pameran benua Asia yang berisi stan negeri Jepang, Filipina, Brunei, hingga Tiongkok. Puluhan bendera dari berbagai negera berkibaran diterpa angin. 

Aneka acara menarik bermuatan edukatif tersaji dalam event ini.  Ada parade dengan menampilkan pasangan pria wanita dengan busaha yang mewakili negara tertentu, kemeriahan barongsay, live music, perkusi barang bekas, hingga praktik menulis huruf hiragana Jepang dan huruf hangeoul Korea. Sayapun berkesempatan belajar menuliskan nama ala hiragana. 

Pameran tidak hanya dinikmati oleh internal warga sekolah, tetapi juga disaksikan undangan siswa dari beberapa SD di sekitar sekolah, pejabat dinas pendidikan setempat, forum walimurid, dan  belasan mahasiswa asing dari kampus Unesa dan Unair. 

Menurut Kepala SD SAIM, Lilis Kurniawati, S.Pd, kegiatan ini sudah dirancang secara integratif dan berkesinambungan. Tujuannya untuk menambah cakrawala literasi siswa sesuai tingkat pemahaman dan jenjang kelas siswa. Untuk siswa kelas 4 dikenalkan tentang provinsi yang ada di Indonesia, dengan menggelar Pameran Budaya Nusantara pada 25 Januari lalu. Kini giliran kelas 6 menyelenggarakan pameran internasional, sebagai persiapan untuk memasuki jenjang pendidikan berikutnya. Mereka berancang-ancang menuju global citizen, menjadi warga dunia. 

“Kalau siswa SD belajar negara-negara asing cukup dari sekolah, nanti di tingkat SMP SAIM, siswa akan benar-benar pergi keluar negeri dalam program student exchange (pertukaran pelajar). Ke Perth Australia, bekerja sama dengan Como Secondary College,” ujar beliau. 

Kegiatan pameran berlangsung seru dan edukatif. Aspek pembelajaran terlihat pada banyak sisi, dan disajikan dengan menarik. Sebagian dikemas dalam model kuis game berhadiah. Setiap stan menyajikan majalah dinding 3D yang berisi informasi umum sebuah negara. Mulai dari letak geografisnya, nama presiden, hingga ragam budaya. 

Pada stan tersebut juga tersaji makanan dan minuman khas negara yang bersangkutan. Stan makin terlihat meriah karena dihiasi aneka asesoris. Bahkan penjaga stannya juga mengenakan busana negara tersebut. 

Pengunjung stan disilakan mencoba game dengan menggelindingkan bola pingpong atau memutar roda bernomor. Nomor tersebut berisi pertanyaan yang harus ditebak pengunjung. Bila tidak bisa nebak? Penjaga stan akan membimbingnya untuk membaca info yang tertera di majalah dinding untuk menemukan jawabannya. Setiap yang berhasil menjawab akan mendapat hadiah berupa snack, pernak-pernik, dan bendera. 

Tetapi terlihat ada juga sejumlah pengunjung yang tidak berebut main kuis berhadiah. Mereka justru  sibuk mengisi lembar kerja siswa (LKS) atau worksheet yang tampaknya merupakan penugasan dari guru kelas masing-masing. 

Kiranya, ini benar-benar wujud pembelajaran terpadu lintas kelas dan lintas jenjang.(*)



Previous
Next Post »