REUNI RASA TERAPI

 

Topik yang dibicarakan dalam sebuah reuni biasanya menggambarkan berapa usia rata-rata peserta pertemuan informal tersebut. Jika yang ketemuan sudah berkeluarga maka lazimnya pertanyaan pertama yang terucap adalah: “Anakmu piro?” atau “putumu piro?”  Lalu apa yang pertanyaan yang kerap terlontar pada peserta reuni yang memasuki usia pensiunan? Ini dia: “Kolesterolmu piro?, tensimu  piro?” 

Kiranya seperti itulah suasana reuni yang sempat saya ikuti Minggu (28/1) kemarin di Jacatra Quest House, di tengah kota Malang. Kami alumni IKIP Negeri Malang Prodi Pendidikan Bisnis angkatan Delapan Satu (Bisdesa) kembali berkumpul, dalam ritual rutin reuni tahunan. 

Obrolan bisa ngalor ngidul tentang sembarang tema, tetapi tidak luput ngomongin penyakit juga.  Ketemu teman lama menjadi ajang sharing kesehatan dan curhat tentang berobat. Duduk di meja sini membincangkan asam lambung, geser duduk di sana ada Agus Tri mengeluhkan kaki dan jari yang kerap kesemutan.  (Uniknya, tidak ada satupun rekan reuni kami yang tertarik membahas capras-cawapres). 

Bu Handoko bilang tengah “lelaku”, menahan diri dari asupan kolesterol tinggi dan minyak-minyakan, memperbanyak maem sayur buah. Sedangkan saya sendiri tengah berjuang menurunkan kadar purin di persendian. Kepingin lekas keluar dari “member tetap komunitas asam urat”. 

Ngesti Rahayu malah telah melangkah nyata, menjalani diet PMB (pola makan baru) dengan disiplin. Hasilnya mulai kelihatan. “Sebelum PMB, saya punya sakit jantung, tensi cenderung tinggi, diabetes dan asam urat. Sekarang normal. No obat, no alat, no ramuan,” ujarnya. Dia sangat bersyukur karena dapat terhindar dari pasang ring jantung, sebagaimana yang diisyaratkan oleh dokter. 

Metodenya tergolong ekstrem, diet ketat low carbohydrate, dengan prei makan nasi. Lalu pindah ke konsumsi protein hewani yang didapat dari telur, ikan, dan daging. “Weteng Jawa, ora mangan sega? Apa ya kuwat?” celetuk teman yang lain. 

Dijelaskan, tujuan pengaturan PMB ini antara lain untuk mendukung dan mempercepat terjadinya proses swich off atau perpindahan dari sumber energi karbohidrat berupa glukosa ke sumber energi pengganti dari lemak berupa keton.  Diet ini untuk mempercepat proses mengistirahatkan kerja sel beta pankreas agar tidak menghasilkan insulin. Selanjutnya memberi kesempatan bekerja kepada sel alfa pankreas melakukan metabolisme pemecahan lemak untuk menghasilkan energi keton dengan bantuan enzim glukagon. Wow keren, ternyata kini teman-teman saya sudah kayak dokter saja layaknya. 

Sementara Sri Muharti menyodorkan saran yang lebih moderat: ngunjuk godogan daun sirsat (yang tua). Bu Han, yang pernah ikut pelatihan, lantas menambahi detail memasaknya. Daun sirsat direbus dengan air dua gelas, hingga air tersisa satu gelas. Diminum rutin setiap hari, tidak boleh bolong-bolong. Jikalau disiplin menjalankan dalam kurun waktu tertentu (saya lupa berapa bulan) Insyaallah akan terhindar dari segala jenis penyakit kanker. Sedang Suwandi dan Kak Kris lebih menyarankan rebusan buah mengkudu (pace). Tapi yang terakhir ini segera kusergah: “Aku gak doyan, baunya sengak, rasane kayak ngombe sabun.” 

Tetapi tentu tidak semua temanku mengalami problem kesehatan. Sebagian besar malah masih bergas waras. Ketua Kelas Muzamil Asmara masih vit tidak pernah absen menghadiri reuni meski jauh dari ujung Sumenep. Tatik dan Pak Tato masih joss mengemudi dari Banyuwangi ke Malang. Sulami superaktif gowes dan mbolang ke mana-mana. Pasangan Wahyuni dan Mas Jamal rutin jogging, swimming, dan kadang diving.  Lucia Nunung tetap tidak punya pantangan makanan, dan Bu Dosen Endang masih tahes dan komes.  Sungguh, setiap orang diparingi kadar kesehatan yang berbeda-beda. Syukurilah. 

Di tengah suasana reuni Bisdesa 2024, terbit lagi tekad saya untuk menjalani pola hidup sehat sepulang dari reuni nanti. Apalagi juragan Nunung sudah berbaik hati memberiku obat herbal BioCypress yang, katanya, berkhasiyat untuk menambah daya tahan tubuh. Mengatasi gangguan persendian dan syaraf. 

Tetapi di saat break makan tiba, janji dan resolusi yang barusan kucanangkan dalam hati langsung terguncang. Ambyar. Karena di meja makan telah tersaji seabrek makanan komplet dengan lauknya. Kue dan snack berlimpah. Rawon, sate, soto, urap, orem-orem, takoyaki, pudding, kacang godog, jenang, gorengan, hingga pala pendhem. Waduh, mana tahan?  Wis, tabrak, Prof!

Ya, diet memang butuh tekad superkuat dan menjalaninya dengan konsisten. Istiqomah memang berat. Kalau tidak berat bukan istiqomah namanya, tetapi istirahat … he he he…

(adrionomatabaru.blogspot.com)



Previous
Next Post »