REDUKSI LANSIA


Semua akan “lansia” pada waktunya. Begitu juga dengan saya. Menjadi manusia lanjut usia memang keniscayaan, bukan pilihan.  Mungkin karena saya bukan ASN, maka usia pensiun kumasuki dengan datar-datar saja, karena tidak ada perubahan drastis dalam kehidupan saya. Tidak tiba-tiba menganggur jegrek di rumah, tetap aktif kerja freelance ke sana ke sini, di bawah bendera “mrono-mrene productions” hehe...  

Alhamdulillah, saya juga tidak mengalami postpower syndrom, mungkin sejak dulu memang tidak punya power yang super. Tetapi tentu saja tetap ada perubahan, yaitu badan jadi gampang capek, gigi mulai protol, dan kaki kadang diganggu asam urat. 

Alih-alih menekuri keadaan, saya justru mencoba memanfaatkan sarana dan kemudahan yang diperuntukkan bagi lansia.  Seperti pagi tadi  saya ke stasiun KA Sidoarjo, mau mendaftarkan diri sebagai penumpang lansia. Lumayan nanti akan dapat diskon 20% untuk setiap perjalanan naik KA. 

Di sana saya memasuki ruang customer sevice. Ternyata prosesnya mudah dan singkat. Tinggal menunjukkan KTP, lalu oleh petugas indentitas itu dientri ke sistem komputer. Kemudian dia memohon izin memotret wajah saya dari smartphonenya. Lalu ngetik-ngetik lagi sebentar. Selesai. 

“Bapak sudah terdaftar, sudah bisa dipakai. Beli tiket onlinenya bila lewat aplikasi KAI Acces,” katanya sambil menyodorkan selembar kertas panduan.  Rupanya ada sedikit perbedaan antara penumpang umum dengan lansia. 

Saat masuk aplikasi, pada opsi Tipe Penumpang, calon penumpang lansia diminta mengubah tipe dari ‘umum’ menjadi ‘reduksi’. Lantas masukkan NIK dan klik Cek Reduksi, lalu pilih Daftar Reduksi, lalu klik Pilih Reduksi, dan seterusnya selanjutnya seperti biasa. 

Saya ucapkan terima kasih atas layanannya yang oke. Cuma diam-diam saya agak terganggu dengan istilah “reduksi” itu. Apakah lansia  memang merupakan manusia yang sudah tereduksi keberadaannya? (Kapan-kapan saya perlu tanya pakar bahasa Prof. Djoko Saryono mengenai hal ini). 

Waktu itu, selain saya, ada sepasang lansia juga sedang mengurus fasilitas diskon lansia. Kasihan juga, kayaknya dia gaptek. Meski telah terdaftar di sistem informasi KAI, dia masih bingung. Penjelasan agar mereka mengunduh aplikasi di playstore kayaknya susah dipahami. Akhirnya oleh petugas keduanya disarankan untuk ke tempat perbelanjaan guna memesan tiket secara online. 

“Embuh Mas, gak ngerti. Istriku sekarang kok disuruh beli ke Alfamart. Tambah ngelu aku,” katanya kepadaku saat mengambil kendaraan di parkiran.

Ya, harap maklum sudah reduksi, eh sudah lansia. (adrionomatabaru.blogspot.com)

 


Previous
Next Post »