TUKANG POLES


Tampaknya kini makin tumbuh kesadaran di kalangan birokrat untuk menghadirkan laporan hasil pembangunan yang enak dibaca dan perlu. Dengan demikian dokumen kinerja mereka tidak hanya menghuni di lemari arsip, tetapi dibaca khalayak, dibincangkan, dan dijadikan referensi bagi yang membutuhkan.

Oleh karena itu perlu ada “polesan” agar daya pikat dan keterbacaan buku laporan itu menjadi tinggi. Perlu diubah gaya bahasanya menjadi sedikit lebih familiar meski tetap resmi. Butuh diberi sentuhan sastra meski tetap base on data. Sehingga tidak lagi ada laporan yang dimulai dengan kalimat pembuka klise begini: “Dalam rangka pelaksanaan Keppres nomer sekian tahun sekian tentang anu dan menindaklanjuti program……”

Cukup sering saya dan tim  di-hire sebagai “tukang poles” laporan oleh instansi pemerintahan. Tentu saja kami suka, dan berharap makin banyak yang membutuhan jasa kami hehe…  Berikut ini contoh satu draf intro untuk sebuah laporan yang sedang kami kerjakan.

Bali Melawan Pandemi

Ketika banyak orang tak berani bepergian, lebih memilih stay at home di tengah pandemi Covid-19, maka dunia pariwisata pasti terdampak, telak. Provinsi Bali, yang 70% sumber PAD-nya bersandar pada sektor wisata, jelas terimbas.

Pulau Dewata kini menjadi destinasi indah yang sepi. Kuta, Tanah Lot, maupun Sanur berubah menjadi pantai yang lengang. Demikian pula objek wisata favorit lainnya juga mengalami hal serupa. Pintu gerbang kedatangan Bandara Internasional Ngurah Rai tidak lagi mengeluarkan banyak penumpang. Nyaris tidak ada tamu yang butuh sambutan.

Data BPS Provinsi Bali menunjukkan angka-angka yang cukup muram. Akumulasi inbound wisman ke Bali pada periode Januari 2020 sampai April 2020 mengalami kontraksi  sebesar minus 42,30%. Perhitungan ini berdasar metoda perbandingan dari tahun ke tahun atau Year on Year (YoY). Tercatat jumlah wisman kumulatif kuartal pertama tahun 2020 tinggal 1.050.024 orang. Padahal pada periode yang sama di tahun kemarin masih sebanyak  1.819.664 orang.

Bila mau dipandang lebih “close up” lagi, yaitu pada Maret dan April 2020, penurunan benar-benar terjun bebas.  Lihat, jika Maret masih masuk 156.877 wisman, maka bulan April  tinggal 327 wisman. Ini artinya turun sebesar 99,79%. Penurunan terlihat pada semua wisman yang berasal dari berbagai negara. Tetapi yang terdalam adalah penurunan wisman asal Tiongkok.

Banyak kamar hotel kosong melompong. Sebagai gambaran, tingkat hunian kamar hotel berbintang di Bali pada April 2020 tinggal 3,22 poin. Sedang tahun lalu, pada bulan yang sama, tingkat hunian masih berada di level 60,33 poin.

Bila tidak banyak aktivitas jasa pariwisata yang perlu dilayani maka dampak nyata yang segera terlihat adalah bayang-bayang PHK. Dan itu sudah terjadi. Rekapitulasi data per 24 Juni 2020 menunjukkan realitas itu.  Dari sembilan kota/kabupaten di Bali, total karyawan yang dirumahkan sebanyak 73.520 orang, sedang yang sudah pasti diberhentikan sebanyak 2.663 orang. Menyedihkan, karena selama ini tingkat pengangguran terbuka Provinsi Bali selalu terendah di Indonesia. Hanya berkisar 1,56%.

Pendek kata, wabah Corona ini telah menekan keras perekonomian Bali. Pendapatan Asli Derah (PAD) turun hingga 26%. Grafik laju pertumbuhan ekonomi Bali dalam triwulan pertama 2020 anjlok drastis. Berada pada posisi minus 1,14%. (*)

Foto: balitribune.com, the strait times.



Previous
Next Post »