MENGUNYAH SENJA



Sebagai pembaca, mungkin saya tergolong dalam pembaca jenis “carnivora”. Pelahap apa saja, tidak terlalu pilih-pilih. Senang membaca buku tentang saur mayur tetapi juga menikmati bacaan mengenai daging-dagingan. Tidak hanya membaca berita tetapi juga sastra. Mau mengunyah tulisan substantif maupun sufistik, tetapi tulisan profan hingga humor yang bikin ngakak, juga gak nolak.

Tetapi di saat ruang literasi publik tengah disesaki tulisan dukung-mendukung capres dan segala pujian dan cacian yang membuncah, saya mencoba mencari keseimbangan menu bacaan. Lalu mengambil buku puisi, mengunyah pelan-pelan larik-larik kata yang mengantarkan kepada kedalaman makna.

Buku berjudul “Senja Berhias Jingga”, kumpulan puisi religi Andhy Poerwantoro, mengajak kita untuk terpekur dan bersyukur.  Menjalani aktivitas keseharian yang terlihat sederhana tetapi selalu menyimpan ke-luarbiasa-an, asal kita mau merenungi.

...........................
Seringkali tak kita sadari, banyak kejadian menimpa kita, yang entah pahit atau manis, yang berujung bahagia atau duka.

Silih bergantinya waktu dan peristiwa, akan menempa kita, membuat merenung, berfikir dan bersikap. Perubahan adalah abadinya kehidupan, dalam hidup ada Yang Maha Hidup.

Maka yang mengemuka dan tertangkap indera, belum tentu yang sejati, dia ada di baliknya, tersembunyi di antara pesona dan pias yang ada. (Tentang Kesejatian, hlm 19)
.....................

Antologi puisi yang dieditori Sri Hastuti ini cukup memberi asupan gizi ruhani. Kiranya buku terbitan PT Pendar Asa Komunika, yang dikelola Pak Sukemi Kemi, ini layak diapresiasi.  Yang berminat, silakan japri Bu Diena. (Beli lho ya, jangan biasakan mintak hehehe...)

adrionomatabaru.blogspot.com

Previous
Next Post »