Sejak dulu bangsa kita dikenal memiliki jiwa seni yang tinggi. Segala benda yang dibikin, tak pernah lepas dari sentuhan estetika dengan skill tinggi. Contohnya bedug yang terdapat di Masjid Riyadus Sholihin, Desa Bringsang, Pulau Giligenting, Sumenep, Madura ini.
Alat yang dipukul untuk menandai tibanya waktu salat ini tidak dibiarkan tampil polos begitu saja. Dia tidak hanya hadir secara fungsional sebagai alat tabuh, tetapi juga sebagai karya seni pahat yang memikat. Terdapat ukiran apik di badan bedug dan pada sekujur tiang penyangganya. Menyajikan motif sulur tumbuhan disertai dengan kaligrafi.
Ternyata tidak hanya keahlian seni mengukir yang dimiliki warga di pulau kecil ini. Tetapi juga seni menasihati. Pada salah satu kaca di jendela masjid terpampang imbauan yang persuasif. Takmir masjid tidak membuat poster klise yang bernada instruktif seperti “jagalah kebersihan” atau “dilarang buang sampah sembarangan."
Mereka memilih diksi lokal
yang lebih khas. “Mon oning adhe’er, paoning
muang sampana.” Terjemahan bebasnya kira-kira, “jika bisa makan, tentu juga
bisa membuang sampahnya”. (*)
Sign up here with your email
EmoticonEmoticon