Ketika orang-orang bergembira menikmati hari-hari libur tahun baru, saya asyik tenggelam dalam dunia pemikiran anak-anak. Membaca 100 lebih karya tulis siswa sekolah inovatif SD Maarif Jogosari, Pandaan, Kab. Pasuruan. Mereka mengungkapkan pengalaman, curhatan, kreativitas, dan pemikirannya tentang Covid-19 yang tak kunjung reda. Rencananya karya tersebut akan kami himpun menjadi sebuah buku antologi.
Alhamdulillah, kini setumpuk karya ada di hadapan saya. Dari tulisan mereka tergambar betapa anak-anak benar-benar terdampak. Mengalami kesulitan belajar dan dilanda kebosanan. Tidak masuk sekolah yang awalnya disangka sangat menyenangkan ternyata lama-kelamaan membuatnya jenuh, belum lagi harus sering kena marah mama papa, gara-gara tugas sekolah dan belajar daring.
Tetapi yang menarik, karya mereka tetaplah khas anak-anak: Ramai, nano-nano aneka rasa dunia bocah. Tapi apapun cerita mereka semua bermuara pada satu titik: “kami rindu sekolah!”
Namun ada juga sejumlah anak yang fine-fine saja. Mereka kayaknya berasal dari lingkungan keluarga yang longgar dengan protokol kesehatan. Anak-anak itupun bebas bermain dengan teman-temannya, berburu bunglon hingga ramai-ramai menjaring ikan di sungai.
Format karyapun bermacam-macam. Ada yang menulis prosa, puisi, cerpen, maupun pantun. Ada pula yang membuat poster, cerita bergambar, dan komik pendek (mereka memang dibebaskan memilih medium ekspresinya).
Harapannya aktivitas ini memberi pembelajaran kepada anak-anak bahwa keterampilan menuliskan sesuatu yang dialami sangat penting untuk modal menempuh pendidikan di jenjang yang lebih tinggi.
Tidak usah berambisi
agar kelak mereka menjadi penulis andal atau pengarang ternama. Sebab skill
berbahasa itu dibutuhkan di bidang apa saja. Mengasah logika tidak hanya lewat
mata pelajaran Matematika saja, tetapi juga lewat keterampilan berbahasa.
Dengan menulis, anak berlatih menguraikan gagasan, menata pikiran, dan membangun argumentasi yang logis. Kelak bekal ini pasti akan berguna di saat dia ingin mengutarakan aspirasi, membuat laporan tertulis, bertransaksi, bernegosiasi, hingga melakukan sosialisasi maupun persuasi.
Akhirnya, tugas saya
sekarang adalah membantu mewujudkan impian mereka. Sudah lama kepingin punya
buku sendiri, seperti yang sering mereka baca di perpustakaan sekolah, buku serial
inspiratif “Kecil-kecil Punya Karya.”
(*)
Sign up here with your email
EmoticonEmoticon