Berkesenian kadang bukan cuma soal panggilan jiwa
atau berdasar hobi semata, tetapi bisa karena tanggung jawab generasi, tugas warisan
dari leluhur. Bapak Handoyo, warga Dukuh Kedungmonggo, Desa Karang Pandan, Kec.
Pakisaji. Kab. Malang adalah contohnya. Dia adalah pewaris ke lima dari maestro
dan penggiat topeng khas malangan.
Pria ini tampak bahagia melakoni takdirnya di jalan
topeng. Di ruang depan rumahnya yang artistik penuh topeng dan seperangkat
gamelan, pengelola sanggar Asmorobangun ini menerima kami dengan ramah, Minggu kemarin.
Harum wedang kopi turut menghangatkan senja yang basah.
Awalnya kelompok seni ini dikembangkan oleh Mbah
Serun kemudian dilanjutkan Mbah Kiman lalu turun ke Mbah Karimun. Generasi
berikutnya adalah Taselan dan kini giliran Handoyo yang memegang tongkat
estafet: menjaga eksistensi seni tradisi di era industri 4.0 ini.
“Mbah Karimun itu kakek saya. Saya penerus kelima. Di
Malang, InsyaAllah hanya di sini kelompok seni topeng yang mempunyai garis turun-temurun
secara langsung,” kata pria yang juga menjadi dosen tari di Universitas Negeri
Malang ini.
Pak Handoyo tampaknya sukses dalam mengembang tugas
budaya. Karya cipta local genius tersebut
dikawalnya dengan teguh sehingga tumbuh berdenyut, bahkan berkembang menjadi
ikon Kabupaten dan Kota Malang. Konon seni topeng ini sudah ada sejak ratusan
tahun silam. Lakon topeng malang umumnya diambil dari cerita-cerita Panji. (Kalau
kepingin tahu detail referensinya, monggo
tanya sama pakarnya: Mas Henri dan Mas Dwi Cahyono).
Kini tidak kurang dari 180 anak-anak dan remaja penuh
gairah belajar menari di pendopo sanggarnya. “Yang belajar itu mulai dari anak
PAUD sampai anak SMA, juga mahasiswa,” katanya.
Ada juga yang giat menata dan mengukir topeng
berbahan kayu sengon itu. Ibu-ibu rumah tangga turut diberdayakan di bagian pengecatan
topeng. Teragenda rutin, menggelar pementasan 36 hari sekali, tepatnya setiap malam
Minggu Kliwon Senin legi, mulai pukul 19.00 WIB. Kelompok ini sudah melanglang
buana ke mancanegara tampil diThailand, Chili Amerika, dan kota besar lainnya.
Tamu banyak berdatangan dari berbagai kota mulai
dari seniman untuk apresiasi dan studi banding hingga wisatawan. Menjadi tempat
PKL mahasiswa seni kriya hingga kunjungan studi tur siswa. Ini sungguh destinasi yang menarik dan
edukatif. Pengujung diajak mengenali sejarah singkat topeng malangan hingga mengenali
sekitar 70 karakter topeng yang bakal muncul dalam paket pergelaran yang utuh.
Lalu para tamu diajak masuk workshop untuk praktik
mengecat topeng mini. Cinderamata cantik itu nantinya boleh dibawa pulang. Bila
proses melukis selesai, topeng dijemur di halaman. Sambil menunggu cat kering,
pengunjung diajak menyaksikan penggalan sendratari epik romantik yang berkisah tentang
Panji Inu Kertapati dan Dewi
Sekartaji.
Tidak sekadar pasif menonton, wisatawan juga
diajari menari dan menabuh gamelan. Hem, sungguh paket pengenalan seni budaya
yang mengasyikkan, bukan?
Saya jadi tidak sabar. Sudah terbayang, betapa
riangnya rombongan kami nanti, siswa Sekolah Inovatif SD Ma’arif Jogosari Pandaan
Pasuruan, peserta acara “one day discovey”
di sanggar Pak Handoyo, dua pekan mendatang. (adrionomatabaru.blogspot.com)
Sign up here with your email
1 comments:
Write commentspermisi min numpang share ya ^^
Replyingin mendapatkan uang banyak dengan cara cepat ayo segera bergabung dengan kami di f4n5p0k3r
Promo Fans**poker saat ini :
- Bonus Freechips 5.000 - 10.000 setiap hari (1 hari dibagikan 1 kali) hanya dengan minimal deposit 50.000 dan minimal deposit 100.000 ke atas
- Bonus Cashback 0.5% dibagikan Setiap Senin
- Bonus Referal 20% Seumur Hidup dibagikan Setiap Kamis
Ayo di tunggu apa lagi Segera bergabung ya, di tunggu lo ^.^
EmoticonEmoticon