MENGEMAS KAMPUNG LAWAS
Agaknya Surabaya lebih cocok disebut sebagai
kampung raksasa ketimbang kota metropolitan. Ratusan kampung sambung-menyambung
seolah tanpa ujung, menghadirkan suasana dan perilaku budaya yang khas. Maka
blusukan ke sana tentu menarik. Saya akan mulai menyisir dari kawasan Kecamatan
Bubutan, lalu mencoba menuliskan untuk Sampeyan semua.
Kecamatan ini agaknya paham bahwa salah satu kunci
untuk memenangkan kompetisi adalah inovasi. Kampung-kampung di Kecamatan
Bubutan diidentifikasi karakteristiknya, lalu ciri khas itulah yang dipoles untuk
dijual sebagai paket kampung wisata lingkungan. Maka lahirlah kemasan
kampung-kampung khas seperti Kampung Lawas.
Kampung
Lawas berada di Jl. Maspati V. Letaknya dekat dengan Tugu Pahlawan
Surabaya, persis di sebelah barat dayanya. Memasuki Kampung lawas kita akan
disuguhi suasana Soerabaia tempo doeloe. Rumah-rumah berarsitektur lama menyapa
ramah. Bagian beranda rumah masih memakai poni ornamen ukiran kayu.
Pintu ganda model kupu tarung terbuka untuk semua
orang. Di dinding terpasang foto-foto kuno dan tanduk menjangan. Ada kursi
rotan, meja marmer bundar, tempat tidur, dan bufet antik yang berada di atas keramik kuning
kembang-kembang. Tentu ada spot-spot tiga dimensi yang layak dipakai selfie.
Terdengar suara penyanyi Ernie
Djohan dari piringan hitam yang berputar lembut. Kuliner jadul semanggi, rujak cingur,
serabi, pethulo dan sejenisnya diangkat kembali dan disuguhkan kepada pengunjung.
“Rumah-rumah di sini dipertahankan bentuknya, tidak
boleh dirobah. Kami menyewakan untuk homestay.
Banyak yang sudah menginap di sini, turis asing suka dengan kampung seperti ini,”
kata Sabar Soeastono warga setempat.
Karang taruna dan anak-anak juga dilibatkan. Siswa
SD dijadikan pembawa acara. Erin siswa kelas 2 SD dengan percaya diri menyambut
tamu asing dengan bahasa Jerman. Remaja yang lain juga tampil menjelaskan makna
huruf-huruf Jawa hanacaraka.
Kampung Lawas Maspati sempat dikunjungi delegasi dari
193 negara yang sedang mengadakan Preparatory Committee (PrepCom) for
Habitat III, di Surabaya,
Juli 2016 lalu. Para walikota dari
mancanegara itu sempat membubuhkan tanda tangan pada selembar kertas. Kini dokumen
membanggakan itu dipajang dan dijadikan background
bagi wisatawan yang ingin swafoto. (*)
adrionomatabaru.blogspot.com
Sign up here with your email
EmoticonEmoticon