Kini warga desa mulai menyadari bahwa lingkungan
sekitarnya tidak sekadar indah asri. Tidak sekadar menginspirasi pelukis atau
mengilhami penyair untuk bikin puisi. Lansekap alam dengan sumber air berlimpah
di Coban Putih, Kec. Gondanglegi, Kab. Malang ini adalah potensi dan destinasi.
Sejumlah warga sudah mulai menatanya. Membuka
persewaan ban, rute ngintir dengan ban (tubing),
mendirikan gasebo, toilet umum, memplester jalan, dan lahan parkir sederhana. Saya
suka pemandangannya masih alami, tapi saya yakin sebentar lagi bakal riuh
dengan spanduk dan bermunculan pedagang kaki lima.
Rintisan ini agaknya dipicu oleh tetangga desa
sebelah yang lebih dahulu sukses membuka wisata alam yaitu Sumbermaron. Coban Putih berada di dalam satu aliran
sungai yang sama dengan punya Sumbermaron, bahkan persis di sebelah atasnya.
Namanya baru rintisan, segalanya terlihat belum
terencana dengan baik.
“Berapa harga paket tubing per orang, bila saya membawa rombongan?“ iseng saya bertanya kepada Budiono, salah
seorang pengelolanya.
Dia agak tergagap lantas mengeluarkan jawaban template khas desa, “Ya.. seikhlasnyalah
Pak. Kami ini kan baru mulai.” Teman sebelahnya bahkan menyahut, “Cukup buat
beli rokok juga ndak papa.”
Saya jadi agak “drop” dengan respons itu. Seharusnya
mereka menjawab dengan nominal angka tertentu, berapapun, karena pertanyaan
saya tadi diawali dengan kata “berapa”.
Dengan tanpa menyebut angka, saya jadi ragu apa mereka sudah siap benar
dengan tim pemandu terlatih dan aspek keselamatan peserta tubing?
Tetapi saya amat berharap mereka segera berbenah
dan mulai belajar menjadi profesional. Sebab alamnya sungguh sangat
menjanjikan. Tebing tanah basah, sembulan akar pohon, mata air yang keluar dari
rekahan batu adalah pemandangan langka bagi orang kota. Kupu-kupu kuning terbang
menari mengindikasikan bahwa udara di sini belum tersentuh polusi. (*)
adrionomatabaru.blogspot.com
Ayo mbolang: Murdianto, andriani, kedanyang,
lailatri, endeh, yuli.
Sign up here with your email
EmoticonEmoticon