Terus terang saya sering jengkel dengan
diri sendiri gegara memiliki sifat peragu. Padahal bintangku bukan Gemini. Bila
mskan satu perkara, sederhana sekalipun, sering makan waktu lama. Tidak bisa
seperti teman-temanku, yang “thak-thek”, cepat dan mantap mengambil langkah. Saking
cepatnya kadang saya menganggap sebagai tindakan grusa-grusu.
Kejengkelan itu barusan kualami lagi
tadi. Sepulang dari kios untuk membeli pulsa paket internet, saya pulang dengan
jalan kaki. Di sepanjang sisi kanan kiri jalan paving perumahan terdapat taman
sederhana milik warga. Setelah beberapa saat berjalan, tidak sengaja mataku menatap
sebuah benda yang terbungkus tak kresek hitam bergaris-garis putih. Benda itu
bersandar di pangkal pohon pakis-pakisan. Spontan timbul keinginanku untuk mengambil.
Tetapi batal sebab sisi pikiran lain mencegahnya.
“Jangan diambil. Buat apa? Itu kan
bukan hakmu. Sudahlah jangan tergoda keberuntungan semu. Seberapa berharga sih
isinya. Isin-isini wae,” begitu
pikirku sejenak. Karena itu saya melanjutkan langkah sambil menoleh ke kiri
kanan. Siapa tahu ada pemiliknya, sehingga saya bisa mengingatkan untuk
mengambilnya. Ternyata jalanan sedang sepi.
Saya terus melangkah. Nah, ini
dia, sikap raguku mulai muncul, bahkan mendominasi. “Ya, mengapa harus ditinggal? Kenapa tidak diambil saja? Siapa tahu isinya uang atau benda berharga,
lumayan kan buat membayar listrik dan air.”
Lompatan pikiran itu membuat langkahku jadi memelan, lalu hati
menimang-nimang keputusan apa yang mau kuambil
.
Aduh, saya jadi sangsi lagi. “Iya
kalau isinya duwit, kalau ternyata isinya bom panci seperti di Bandung, bisa
panjang ceritanya. Atau kalau isinya ternyata kotoran manusia? Kena deh. Saya
tentu saja tidak mau menjadi korban kejahilan orang iseng. Memalukan sekali.”
Oke, jadi kuputuskan untuk dilupakan
saja. Persetan, toh cuma bungkusan. Aku masih ada banyak kerjaan. Tapi lagi-lagi pikiran yang pertama muncul ke
permukaan. “Ya apa salahnya dicoba?
Apapun isinya kan tidak masalah. Daripada sekarang, jadi galau dan penasaran
kan?”
Langkah kuhentikan sejenak. Kutengok
ke belakang ke tempat bungkusan kresek tadi. Masih sepi, tidak ada pemulung
atau orang lain lewat. Hem… berarti saya masih punya peluang untuk memilikinya.
Saya jadi teringat pesan Putu Wijaya, menjadi orang itu hendaknya jangan peragu. “Kalau ingin
berbuat salah ya segera lakukan saja, biar tidak menghabiskan waktu,” katanya.
Balik Kucing
Anda benar, saya telah kehilangan
waktu beberapa menit, karena maju mundur tak segera mengambil sikap. Maka
akupun balik kucing, bergegas menuju TKP. Ya, daripada kepikiran, kenapa
tidak dibuktikan saja? Tapi kalau ternyata isinya bom atau tahi orang, gimana?
Ya sudahlah, untuk kali ini saja,
saya harus membuka benda misterius itu. Lain kali tidak, sebab sebenarnya saya
dulu sudah punya pengalaman semacam itu. Menemukan bungkusan ternyata isi cuma mie
goreng basi. Tetapi tetanggaku lain lagi critanya. Dia pernah menemukan tas
kertas di pinggir trotoar, ternyata isinya lumayan berharga: ada sekotak coklat
Silverqueen, dompet, dan hape. lengkap dengan chargernya.
Mana, mana tadi barangnya? Mataku
jelalatan mencari bungkusan yang mengusik pikiran itu. Kok hilang? Aduh
kedahuluan orang? Tidak mungkin. Oh maigot, salah, ternyata aku kurang ke ke
utara. Pohon pakisnya mirip-mirip sih.
Didorong penasaran, saya terus mencari-cari
bungkusan itu. Eureka…! Ketemu. Sebelum kuambil, sekali lagi saya menolah kanan
kiri. Jaim sedikit boleh dong. Kupungut benda biang penasaran itu dengan
hati-hati.
Bentuknya persegi
tak beraturan, tidak mirip panci. Bobotnya juga tidak terlalu berat. Selain tas
kresek, benda itu bernyata dibungkus kertas koran, lalu diikat rapat rafia
merah dengan simpul mati. Pasti yang punya barang ini tidak pernah ikut latihan
tali-temali Pramuka. “Mestinya kan pakai simpul hidup goblok!, biar gampang mbukaknya.”
Huh.
Dengan agak kerepotan kulolosi
talinya. Benda apa sih ini? Koran pembungkus kubuka dengan tergesa. Akhirnya
terkuaklah isinya. “Nah kan, apa saya bilang…!!!”
(adrionomatabaru.blogspot.com)
Sign up here with your email
EmoticonEmoticon