KATA “menjual” pendidikan agaknya
sudah telanjur berkonotasi buruk: komersialisasi pendidikan. Kata “menjual sekolah” juga kerap dilontarkan dengan
malu-malu kucing, karena merasa tidak etis. Mosok
sekolah dijual, emang apaan? Bukankah
sekolah itu lembaga nirlaba yang bertujuan mulia mencerdaskan anak bangsa?
Padahal menjual jasa pendidikan adalah
sebuah keniscayaan. Kompetisi antarsekolah sudah demikian ketat. Lebih-lebih di
zaman branding seperti sekarang. Masyarakat tidak lagi membeli barang tetapi juga
membeli merek (brand). Dengan demikian, bila sebuah lembaga jasa mampu
membangun citra positif terhadap pelanggannya maka dia akan diminati orang.
Sungguh, aktivitas membranding sekolah, asalkan dilaksanakan
dengan proporsional, terkonsep, dan elegan (bukan sekadar jual kecap) akan
sangat efektif untuk mencapai tujuan publisitas dan meraih kemajuan sekolah.
Salah satu poin yang disarankan dalam
buku ini adalah bersahabat dengan media massa. Ini gampang-gampang susah. Buktinya
banyak pengelola sekolah mengeluh: “Kami sering ngirim siaran pers, tapi tidak
pernah dimuat. Beberapa kali mengundang wartawan, tapi mereka enggan datang.”
Diperlukan kiat cerdik agar sekolah
kita gampang terpublikasi. Perlu memahami karakter berita dan cara bekerja awak
media agar kita mampu bersinergi dengan institusi pers. Mereka tetap mendapat
berita, sedang kita mendapat citra.
Buku ini memberi tuntunan praktis
mengenai hal-hal seperti itu serta berbagai jurus kreatif lainnya. Seperti
menemukan deferensiasi sekolah, bergegas merebut pasar, hingga memanfaatkan
dunia maya. Selamat membaca. (*)
Judul Buku : MEMBRANDING SEKOLAH,
Jurus Kreatif Mendongkrak
Popularitas Sekolah
Penulis : Adriono
Penerbit : Lutfansah Mediatama, Surabaya
Tebal : 208 halaman
Harga : Rp. 48.000,- (belum termasuk ongkos kirim)
Bila berminat, silakan SMS alamat Anda ke 081 330
400 345 atau kirim massage ke facebook adriono.ono atau melalui blog ini. Barang segera dikirim. Terima kasih.
Sign up here with your email
EmoticonEmoticon