PUPUS

Seluruh daunnya telah pupus karena digerogoti tikus. Mungkin ini bukan hal penting, sebab toh cuma kembang receh. Suruh-suruhan lokal “biasa”. Apalagi bagi engkau yang terbiasa memandang keindahan bunga dari sudut harga, tren, dan tingkat viralitasnya di medsos.

Tapi bagi si pohon, ini jelas musibah. Betapa tidak, seluruh alat produksi untuk berfotosintesis telah musnah tidak tersisa. Lantas bagaimana harus melanjutkan amanah yang diemban: menebar keindahan dan menyumbangkan seisap oksigen untuk dunia?

Bagi saya ini sebuah kekecewaan. Dia biasa menemaniku ketika mengetik di laptop. Entah kenapa saya menyukai bunga suruh-suruhan. Mungkin ada alasan nostalgik. Dulu almarhum ibuku menanamnya di dalam bekas bola lampu 15 watt, lalu memasangnya di dinding ruang tamu.

“Dia bisa hidup meskipun tidak kena sinar matahari,” katanya sambil menambahkan air. Waktu ini mata kanak-kanakku memandang tanaman itu penuh takjub. Daunnya hijau bersembur kuning. Akar-akarnya menyelam menjulur ke sana kemari di dalam bola lampu transparan.

Kini saya tengah menanti, keputusan apa yang bakal diambil oleh sang pohon. Apa dia akan berupaya tumbuh karena masih memiliki keyakinan kuat bahwa akar dan batangnya masih sehat. Ataukah memilih menyerah saja seraya menyumpahi si tikus yang telah menghancurkan hidupnya.

adrionomatabaru.blogspot.com

 

 

 

Previous
Next Post »