Peduli Para Pembela Negeri



Tali duk, tali layangan
Awak situk, ilang-ilangan

Adakah yang lebih berharga dari sebuah nyawa?
Agar hayat tetap di kandung badan, banyak orang rela merogoh kocek dalam-dalam. Di saat sakit  parah, orang  lari berobat sampai ke luar negeri, untuk mendapat kesembuhan.
Maka bila ada pribadi yang rela mempertaruhkan nyawa demi bangsanya, sungguh itu merupakan puncak dari segala bentuk pengorbanan. Benarlah adanya jika agama menyebut berjihad melawan kemungkaran adalah puncak dari keimanan seseorang.
Para prajurit kita, juga masyarakat, telah membuktikan pengorbanan yang sedemikian tinggi dalam banyak palagan pertempuran. Mereka menyabung jiwa untuk meraih kemerdekaan maupun untuk mempertahankan keutuhan negeri tercinta ini. 
Betapa banyak peristiwa heroik yang menyertai pengorbanan itu. Sejarah Indonesia telah mencatat perjuangan dilakukan di berbagai wilayah oleh tentara didukung ulama, tokoh masyarakat, dan barisan rakyat biasa tetapi dengan daya juang dan keberanian yang luar biasa.
Di kota Surabaya misalnya, terjadi pertempuran yang sangat sengit pada November 1945. Ketika usia kemerdekaan kita baru seumur jagung, Pasukan Inggris dipimpin Brigjen AWS Mallaby mendarat di Surabaya. Sejarah mencatat, mereka menyebar ultimatum yang isinya ancaman agar pimpinan pemerintahan, keamanan, dan masyarakat menyerahkan senjata dan mengangkat tangan di atas kepala dan menyerah tanpa syarat.
Namun intimidasi itu justru direspon dengan tidak terduga: Rakyat Surabaya siap berperang.  Iki dhadhaku, endi dhadhamu!  Tantangan jantan ini kemudian memantik pertempuran hebat selama 18 hari. Perlawanan bersama yang menggabungkan seluruh unsur kekuatan Badan Keamanan Rakyat (BKR) bersama masyarakat  benar-benar didasari semangat yang berkobar, bahkan cenderung dilandasi bondo nekad alias bonek (berbekal tekad. Pen). Semestinya inilah makna bonek dalam arti yang sesungguhnya.

…. INTRO DARI TULISAN PANJANG TENTANG KAUM VETERAN...
--SEMOGA TETAP MOOD DAN LANCAR--

Adri
Previous
Next Post »