Tampaknya Kota Surabaya tengah bersemangat mengaktivasi kawasan kota lama, di bagian utara. Tiga lokasi yang menjadi prioritas adalah Jl. Karet, Jl. Kasuari, dan Jl. Panggung Pasar Pabean. Desain konseptualnya pun sudah jadi. Tidak sembarangan, desain pengembangan itu dibuat oleh konsorsium dari Britania Raya yang merupakan kolaborasi dari UK PACT (United Kingdom Partnering for Accelerated Climate Transitions), WRI Indonesia, ARUP, dan Vital Strategies.
Saya berkesempatan menyaksikan serah terima dokumen tersebut di gedung De Javasche Bank, Surabaya, Selasa kemarin. Di sana sempat pula mengikuti diskusi publik dengan topik Menata Surabaya yang Inklusif dan Berkelanjutan Mulai dari Kota Lama.
Dari penjelasan pihak UK PACT diketahui bahwa Jl. Karet akan dimanfaatkan sebagai kawasan Pecinan bersejarah dengan fungsi modern untuk melestarikan kebudayaan peranakan. Kawasan ini akan memberi ruang bagi wisatawan untuk menikmati café dengan latar belakang rumah kuno dengan inner courtyard yang teduh.
“Sedangkan untuk koridor Jl. Lasuari akan direvitalisasi menjadi jalanan yang aktif dan dimanfaatkan untuk menghidupkan perusahaan kreatif, perajin, dan bisnis. Sekaligus merayakan sejarah, budaya, dan inovasi Surabaya,” ujar Melwin Aswar, Urban Design Leader ARUP dalam paparannya.
Sementara itu Jl. Panggung Pasar Pabean akan diretrofit menjadi pusat kuliner dengan mengaktifkan jaringan jalan yang menghubungkan Pasar Pabean dengan Kalimas serta memanfaatkan bangunan gudang yang terbengkalai.
Yang menarik desain konseptual ini menggunakan dasar acuan yang cukup komprehensif. Di antaranya memerhatikan aspek keberlanjutan (sustainable), rendah karbon, inklusif dalam arti diperuntukkan bagi semua strata sosial masyarakat, hingga ramah terhadap difabel.
Ketika saya bertanya lebih jauh tentang konsep itu, Asisten Perekonomian dan Pembangunan Kota Surabaya, Agus Imam Sonhaji, menyawab bahwa aspek rendah karbon diwujudkan dengan kebijakan memindahkan lalu lintas padat ke pinggir area dan membangun transit hub yang ramah lingkungan. Tata letak jalan dirancang untuk meningkatkan aktivitas fisik, keselamatan, dan interaksi publik dengan membatasi kendaraan bermotor, dan menyediakan ruang bagi pejalan kaki dan pengendara sepeda angin. “Trotoarnya nanti dibuat ramah untuk difabel,” katanya.
Kabar baiknya, kayaknya sudah ada pengusaha yang melirik ke kawasan situ. Di antaranya Jakob Gatot Surarjo Co-Founder M Bloc Space, yang juga menangani Pos Bloc Jl. Kebon Rojo Surabaya. Dirinya berharap semua upaya ini dapat menjadi energi baru, dapat menghidupkan komunitas kreatif, dan ada multiplier effect kepada masyarakat.
Saya jadi tidak sabar
menunggu wujud citra baru dari kawasan kota lama Surabaya itu. (adrionomatabaru@blogspot.com)
Sign up here with your email
EmoticonEmoticon