Sungguh ini jalinan rasa yang berbeda. Awalnya hanya sebatas kolega kerja, berinteraksi intens demi membersamai siswa supaya dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan. Tetapi setelah puluhan tahun berlalu, ikatan kebersamaan itu tetap tidak lekang, malah semakin erat. Lalu setelah dihambat pandemi dua tahun lamanya, Lebaran tahun ini kami bisa bertemu kembali.
Rombongan guru SD Maarif Jogosari, Pandaan, Pasuruan menyempatkan diri unjung-unjung bersilaturahmi ke gubuk saya, siang tadi. Ini membahagiakan sekali. Saya merasa tersanjung, sebab sebegitu pentingkah keberadaan saya? Tapi sekaligus saya jadi tahu diri, ternyata saya telah menjadi sepuh, sehingga perlu disambangi oleh yang muda-muda usia.
Yang pasti perkawanan kami telah berubah menjadi ikatan persaudaraan yang kokoh. Maka kehendak bertemu pasti berasal dari kemauan hati. Yang berjumpa bukan lagi fungsi jabatan atau relasi kerja, tetapi antara manusia dengan manusia. Berbincang ringan, gelak tawa, sambil ngemil jajan seadanya, menjadi endorfin yang membahagiakan bersama.
Ada pepatah lama berbunyi, “pengalaman adalah guru yang terbaik.” Tetapi setelah dikunjungi para pendidik tadi, saya merasa pepatah itu dapat sedikit dimodifikasi. Pengalaman bukanlah guru yang terbaik. Sebab ternyata, guru yang terbaik adalah para guru dari SD Maarif Jogosari itu. Matur nuwun rawuhipun, Cikgu!
Semoga keadaan akan
semakin membaik, nggih. Tiba-tiba saya jadi
tersulut kembali. Kepingin larut bersama bocil-bocil lagi, dalam upaya mencipta
kegiatan belajar yang inovatif dan efektif. (*)
Sign up here with your email
EmoticonEmoticon