Kita sudah kerap mendengar kata mutiara ini:
“ikatlah ilmu dengan menuliskannya.”
Tapi, realitasnya, mengapa tidak banyak orang (bahkan
kaum cerdik pandai) yang mau melakukannya?
Banyak alasan penyebab bisa diutarakan. Tapi boleh
jadi lantaran mengikat ilmu seorang diri itu memang berat. Lantas perlu bantuan
orang lain untuk membantunya. Oleh karena itu ada baiknya ungkapan bijak tadi diberi
tambahan anak kalimat yang lebih teknis-operasional: Ikatlah ilmu dengan
menuliskannya “secara beramai-ramai.”
Itulah agaknya yang coba dilakukan oleh sahabat-sahabati
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo (PMII
Unusida), Minggu siang tadi. Menggelar Workshop Pelatihan Penulisan Buku.
Mereka berencana menulis sebuah buku tentang
keberadaan dan kiprah PMII Unusida. Maka cara yang paling praktis adalah
menulis bersama-sama secara keroyokan. Kalau diasumsikan satu peserta diklat
menulis satu naskah maka dapat terhimpun sekitar 40 naskah. Itu sudah cukup untuk
dijadikan sebuah buku yang lumayan tebal.
Saya bergembira karena diminta turut berbagi
pengalaman kepada calon-calon penulis buku ini. Ini sebuah diklat yang komplet, sebab hadir
juga Bpk Rektor ......Unusida, yang memberikan arahan sekaligus materi. Beliau
adalah akademisi sekaligus praktisi penerbit. Para mahasiswa ini “diajangi ombo”. Tdak hanya didorong untuk menulis
buku saja tetapi juga dijanjikan akan diterbitkan.
Tentu diklat merupakan start awal. Perlu ada tindak
lanjut, berupa pertemuan yang lebih kecil dan lebih teknis sifatnya. Semoga
target untuk mengikat ilmu dengan cara keroyokan tersebut dapat benar-benar terwujud, dalam waktu dekat. (*)
adrionomatabaru.blogspot.com
Sign up here with your email
2 comments
Write commentsTerima kasih pak atas ilmu yang telah dibagi ke kami para kader pmii unusida.. Kami harap bapak bersedia mewujudkan impian kami dipmii unusida ini pak.
ReplyMohon maaf apabila jamuan kami kurang berkenan di hati bapak dan crew nya saat mengisi acara di hari minggu kemarin tgl 4 agustus 2019.
EmoticonEmoticon