Rabu kemarin seharian saya berkesempatan mengikuti
jalannya operasi kembar siam Aqila-Azila secara live di ruang monitor RSUD Dr. Soetomo, Surabaya. Tayangan ini
boleh ditonton secara terbatas oleh kalangan dokter, keluarga pasien, peninjau,
pejabat, dan awak media bidang kesehatan.
Menyaksikan upaya pemisahan bayi asal Kendari ini
adalah menyaksikan peristiwa besar dengan bermacam perasaan yang saling berkelidan
di benak. Ada harap-harap cemas, miris, haru, senyum, dan syukur bercampur jadi
satu.
Tentu rasa ini semakin berkecamuk bagi keluarga
pasien yang duduk di deretan kursi paling depan. Saya melihat sang nenek tak
henti berdoa dengan dua tangan terangkat. Pipi tuanya terus basah, bahkan
sebelumnya sempat pingsan tak kuasa menahan rasa. Selvina dan Jayasrin juga
demikian. Terdiam gelisah, meski saya yakin dalam hatinya penuh doa dan harap
agar buah hatinya dapat terselamatkan.
Kiranya dua upaya besar tengah berlangsung. Tim
Dokter Pusat Pelayanan Kembar Siam Terpadu (PPKST) tengah berikhtiar dengan
mengerahkan ilmu, skill, dan
teknologi yang dimiliki untuk memisahkan bayi yang mengalami kelainan bawaan
dempet dada dan perut (thoracoabdominopagus)
itu. Sementara keluarga Aqila-Azila tak henti bermunajat kepada Ilahi, sebab memang
itulah kontribusi terbaik dari orangtua pasien BPJS tersebut.
Alhamdulillah operasi separasi yang ditangani 70
dokter ahli itu berlangsung lancar. Sekitar pukul 10 pagi, tim dokter bedah
anak sudah berhasil memisahkan dua liver yang menempel. Sekitar pukul 13.00 tim
bedah thorax juga sukses memisahkan jantung. Tahap berikutnya, tim bedah
plastik bertugas merekonstruksi dan menutup bekas belahan operasi pada
masing-masing bayi.
Bayi Aqila relatif cepat tertangani karena lebar kulitnya
cukup untuk menutup tubuhnya. Sedangkan bayi Azila mengalami bukaan yang cukup
luas, sehingga dokter bedah plastik perlu merekayasa dengan teknik tertentu untuk
menutupnya. Azila ternyata juga tidak memiliki tuang dada, sehingga dokter memasang
semacam tiga kawat penyangga, agar rongga dadanya dapat memberi ruang bagi gerak
jantung dan paru-paru.
Saya bangga menyaksikan tim dokter kembar siam kita
yang bekerja cekatan dan profesional. Berbekal jam terbang yang tinggi, pelaksanaan
operasi berlangsung lebih cepat dari perkiraan. Dimulai pukul enam pagi, menjelang Ashar seluruh
kegiatan vital telah tuntas dikerjakan.
Operasi ini cukup menarik perhatian dunia. Tampak
enam dokter asing dari Italia, Polandia, dan India, hadir menyimak jalannya surgery. Imanuel, dokter Italia, yang
duduk di dekat saya, mengatakan, di negerinya sangat jarang terjadi kasus conjoined twins seperti Aqila Azila. Maka
jauh-jauh dia dan kawan-kawannya menyempatkan diri untuk datang ke Surabaya demi
untuk melihat sendiri jalannya operasi.
Sungguh ini keberhasilan dari ikhtiar dan doa patut
disyukuri. Saya turut senang saat menatap wajah keluarga si kembar yang tampak lega bahagia. Selain
itu saya juga senang, karena dapat turut membantu dr. Agus Harianto, Sp. A(K),
Ketua tim dokter kembar siam, untuk mencatat dan mendokumentasikan peristiwa langka
itu ke dalam sebuah buku. (*)
adrionomatabaru.blogspotcom
Sign up here with your email
EmoticonEmoticon