Kesadaran akan hari dan pasaran agaknya masih terawat dalam memori
kolektif warga Yogyakarta. Ketika diberitahu hari ini hari Selasa, maka mereka
cenderung akan bertanya lagi, Selasa apa? Jawablah: Selasa Wage.
Kini wisatawan yang mau ke Yogya juga perlu punya kesadaran itu.
Minimal kesadaran khusus pada Selasa Wage saja. Pasalnya, mulai Juni ini
setiap Jumat Wage, kawasan Jl. Malioboro bebas dari asap mobil, tertutup untuk
kendaraan bermotor. Mengapa Jumat Wage, saya belum sempat
konfirmasi. Tetapi dengar-dengar info dari tukang becak, itu merupakan hari
pasaran (weton) Sinuwun Sri Sultan.
"Ini program uji coba," kata Suyadi, seorang polisi
setempat. Ditambahkan, nantinya frekuensi car freeday ini akan ditambah secara
bertahap. Awalnya satu selapan (35
hari) sekali, lalu sepekan sekali, hingga akhirnya diberlakukan setiap hari.
Kebijakan ini membuat jalan legendaris itu jadi bebas dari
kemacetan. Orang-orang bisa lalu lalang di jalan dan berselfa-selfi sak
kepenake dewe. Tapi tentu harus tetap waspada, supaya tidak diserempet becak
atau sepeda pancal. Eiit.... ternyata bus Transyogya juga termasuk dalam
perkecualian itu.
Polisi ramah berpatroli dengan mengayuh sepeda kesana kemari.
Wisatawan sibuk belanja. Pengamen jalanan menghibur dengan tembang campur sari.
Ada juga anak dan remaja antusias belajar membatik dan mengecat topeng. Di
Monumen SO 1 Maret digelar pentas desa budaya bertajuk "Selasa
Wagen."
Kebijakan ini tentu mengundang pendapat beragam. Andai Malioboro
benar-benar tertutup untuk mobil, tentu akan berpengaruh pada hotel besar yang
berdomisili di situ. Wisatawan juga terbatasi hak aksesnya. Memang ada becak,
tapi tidak semua orang nyaman dengan angkutan tradisional ini.(*)
adrionomatabaru.com.
Sign up here with your email
EmoticonEmoticon