Warungnya berukuran sedang, terletak di Perum Taman Anggrek D1 , Kebomas, Gresik. Saya beberapa kali andok ayam goreng kentaki di sana. Dari satu kunjungan ke kunjungan berikutnya saya melihat UMKM ini terlihat berkembang. Jenis menunya juga terus nambah. Di tengah gempuran pandemi, Kedanyang Fried Chicken (KeFC) ini agaknya menjadi salah satu warung yang menyandang gelar juara bertahan.
Sambil makan biasanya saya mengamati kesibukan pengelolanya meladeni pembeli, Pak Sugito beserta istrinya Mbak Yayuk. Sebagian membeli secara luring (offline), sebagian besarnya lagi belinya pakai jasa gofut. Di saat longgar, pemilik warung ini juga menghampiri kami.
Kagum dengan stabilitas warung ini, seorang pelanggan setengah tua bertanya santai kepada Pak Gito. Opo Pak rahasiane kok sampeyan bisa bertahan, bahkan bisnise terus berkembang ngene? Yang ditanya cuma merenges, “Yo gak onok rahasiane, Pak De. Pokoke dilakoni disyukuri, lak uwis.”
Rupanya Pak De tidak puas. Buktinya dia masih mencermati keadaan di situ. Sejumlah pembeli terlihat datang dan pergi. Pengemudi ojol berseliweran ambil orderan. Beberapa di antaranya mengambil air gelas kemasan di kulkas yang tersedia gratis.
Bila ada tukang ojol yang sudah riwa-riwi balik dua kali kadang diberinya sekantong es teh gelasan. Ada juga pengojek menolak sungkan. Tapi tetap saja bonus itu dicantolkan paksa di motornya. “Gak popo, engkuk diombe nang dalan, Mas Bro,” katanya. Malah pengojek paketan barang, yang tidak membeli ayam goreng pun, juga ikut nimbrung ambil minuman.
Menyaksikan semua itu, tiba-tiba Pak De itu berkesimpulan sendiri,”Wis Pak, aku weruh rahasiane.” Iseng saya bertanya kepada PakDe untuk mengorek kesimpulannya. Dia bilang, ya gara-gara banyak memberi seperti itulah maka rezekinya lancar.
Dari arah belakang Pak
Gito menyahut, “Makanya Pak. Jadi pedagang itu jangan pakai kalkulator buatan
Jepang terus. Sesekali pakailah kalkulatore Gusti Allah ha..ha...” Dia memang
suka berkelakar, tapi di dalam guyonannya toh terselip kebenaran substantif. Itung-itungan
untung-rugi model bisnis kapitalistik rupanya perlu diimbangi dengan kalkulasi
berbasis aturan Tuhan. Semangat mengumpulkan perlu dikombinasi dengan gairah membagikannya.
Mengapa dirinya memberi berbagi minuman gratis? Ternyata dia meniru kebiasaan orang desa yang menaruh kendi berisi air di depan pagar, untuk para pejalan kaki. Sekarang orang ndak mau minum kendi, takut gak higienis. Jadi disediani air gelasan.
Di warung KeFC yang
datang ternyata tidak hanya pembeli dan pengojek. Ketika pagi para burung liar juga hadir:
burung gereja, emprit, prenjak, entah
apa lagi namanya. Rupanya sang tuan
rumah terbiasa menaburkan beberapa jumput beras dan pur untuk mereka. Pak Gito cerita Lebaran kemarin ada burung
perkutut masuk ruang tamu. Jinak mudah ditangkap. “Mungkin dia tidak mampu
berebut beras dengan teman-temannya. Jadi milih masuk ke warung, minta jatah
sendiri,” katanya menduga.
Berbagi kebaikan dengan
sesama manusia, juga dengan satwa, menurut saya punya korelasi positif dengan kesuksesan
berbisnis. Meskipun kaidah itu kayaknya tidak dianggao buku-buku
referensi bisnis modern. (adrionomatabaru.blogspot.com).
Sign up here with your email
EmoticonEmoticon